Menjelajahi rahasia di balik warna-warna bintang di langit malam, serta bagaimana mata kita mempersepsikannya.
Cekricek.id - Setiap musim memiliki pesonanya sendiri saat kita menatap langit malam. Namun, musim panas selalu memiliki daya tarik khusus dengan latar belakang Bima Sakti yang memukau. Beberapa bintang, seperti Vega di rasi Lyra, Arcturus di Boötes, dan Antares di Scorpius, selalu menarik perhatian saya. Mengapa? Selain menjadi bintang paling terang, mereka juga memiliki warna yang menonjol: biru, oranye, dan merah.
Namun, pertanyaannya adalah, mengapa beberapa bintang berwarna sementara yang lain tampak putih? William Shakespeare pernah berkata dalam drama "Julius Caesar" bahwa langit dipenuhi dengan bintang yang bersinar seperti api. Memang, warna bintang tergantung pada seberapa panas "api" mereka, yang diperoleh melalui fusi termonuklir di intinya.
Sejak ribuan tahun lalu, astronom telah mengamati warna bintang dan mengaitkannya dengan temperatur. Misalnya, batang besi yang dipanaskan akan berubah dari merah, oranye, kuning, hingga putih panas. Dengan cara yang sama, bintang juga memancarkan cahaya berdasarkan temperaturnya.
Pada abad ke-19, astronom mulai mengambil spektrum bintang dengan menggunakan prisma atau kisi-kisi untuk memisahkan cahaya bintang menjadi rentang warna yang sempit.
Dengan cara ini, mereka dapat mengukur warna bintang dengan lebih akurat. Namun, mengklasifikasikan bintang berdasarkan spektrumnya bukanlah tugas yang mudah. Berkat kerja keras astronom seperti Annie Jump Cannon, sistem klasifikasi bintang yang kita kenal sekarang mulai terbentuk.
Sistem klasifikasi modern mengurutkan bintang dari yang paling panas hingga yang paling dingin dengan huruf O, B, A, F, G, K, M, L, T, dan Y. Vega adalah bintang tipe A yang berwarna biru-putih, Arcturus adalah tipe K berwarna oranye, dan Antares adalah tipe M berwarna merah. Meski sistem ini telah mengalami banyak perubahan, inti dari sistem ini tetap sama: temperatur bintang menentukan warnanya.
Lalu, seberapa panaskah "panas" itu? Bintang tipe M memiliki temperatur antara 2,100 hingga 3,400 derajat Celsius. Bintang tipe K memiliki temperatur antara 3,400 hingga 4,900 derajat C, sementara bintang tipe G, yang termasuk matahari kita, berkisar antara 4,900 hingga 5,700 derajat C. Namun, ada bintang yang jauh lebih panas, seperti bintang tipe O yang bisa mencapai lebih dari 100,000 derajat C!
Ketika kita berbicara tentang bintang yang "merah panas", kita sebenarnya sedang membahas bintang dengan temperatur terendah. Namun, dalam dunia astronomi, kata-kata seperti "dingin" dan "panas" sering digunakan dengan cara yang berbeda dari pemahaman kita sehari-hari.
Ketika Anda menatap langit malam dan mencoba membedakan warna bintang, Anda mungkin akan menyadari bahwa kebanyakan bintang tampak putih. Ini bukan karena bintang-bintang tersebut benar-benar berwarna putih, melainkan karena mata kita.
Mata manusia memiliki sel-sel yang disebut batang dan kerucut. Batang sensitif terhadap cahaya, sementara kerucut mendeteksi warna. Hanya bintang terang yang bisa mengaktifkan kerucut kita, itulah sebabnya bintang yang lebih redup tampak putih.
Dengan bantuan alat optik seperti binokular atau teleskop, kita bisa melihat warna bintang dengan lebih jelas. Misalnya, Vega yang tampak pudar dengan mata telanjang mungkin akan berkilauan biru saat dilihat melalui binokular.
Lalu, bagaimana dengan matahari, bintang terang di langit kita? Meskipun memiliki temperatur sekitar 5,500 derajat C, menentukan warna matahari ternyata lebih kompleks dan memerlukan penjelasan lebih lanjut. Jadi, tetaplah bersama kami untuk kolom minggu depan!