Cekricek.id - Dengan meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja, Universitas Indonesia melalui Tim Pengabdi Fakultas Ilmu Keperawatan menciptakan solusi edukatif unik: permainan kartu "RAMA SHINTA". Didesain sebagai media pembelajaran atraktif bagi remaja, kartu ini mengintegrasikan budaya wayang dalam upaya pendidikan pencegahan HIV.
Menggali data Kementerian Kesehatan 2022, 9,5% kasus HIV melibatkan remaja usia 15-19 tahun dan 17,7% pada kelompok usia 20-24 tahun. Keingintahuan yang mendorong perilaku seks bebas menjadi faktor signifikan. Menghadapi ini, pentingnya edukasi dini terhadap remaja menjadi sebuah prioritas.
Sebagai solusinya, Tim Pengabdi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, dengan keberanian dan inovasi, menciptakan "RAMA SHINTA". Lebih dari sekedar permainan, kartu ini diharapkan menjadi sumber belajar bagi guru dalam mengenalkan pencegahan penularan HIV kepada siswa.
Pemimpin tim, Sri Yona S.Kp., M.N., PhD., bersama rekan timnya seperti Prof. Dra. Elly Nurachmah dan Prof. Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., M.N, melihat potensi dalam pendekatan edukasi yang lebih menyenangkan.
“Edukasi kesehatan remaja membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan karakter mereka. Dengan ini, kami berharap pengetahuan tentang pencegahan HIV dan kesehatan reproduksi semakin meningkat," ungkap Sri Yona dilansir laman resmi UI.
Mengambil inspirasi dari cerita klasik pewayangan, Rama dan Shinta menjadi representasi idealisme dalam menjalani hidup dan hubungan. Kartu ini bukan hanya sarana edukasi, namun juga mengasah kemampuan strategis dan kompetitif pemain.
Cara mainnya? Setiap peserta memilih kartu berisi pertanyaan dengan poin yang berbeda. Dengan waktu pemikiran 5 detik, peserta harus menjawab. Kesalahan atau ketidakmampuan menjawab membuat kartu itu rebutan.
Kartu ini pertama kali diperkenalkan di SMAN 1 Depok, diikuti oleh 600 siswa dan 15 guru. Setelah edukasi awal tentang HIV/AIDS oleh Sri Yona, Prof. Dra. Elly Nurachmah melanjutkan dengan fokus pada perilaku remaja yang sehat. Uji coba lanjutan diikuti 50 siswa dengan antusiasme yang tinggi, mengonfirmasi efektivitas dan keseruan metode ini.
Raja Mulyo, salah satu siswa SMAN 1 Depok, berbagi kesannya, “Permainannya menantang dan seru! Melalui ini, kami memahami dan mengulang materi yang sudah diajarkan. Saya rasa, kartu ini penting bagi pendidikan remaja dengan pendekatan yang lebih menarik."
Kedepannya, Tim Pengabdi UI berharap kartu "RAMA SHINTA" menjadi bagian dari kurikulum sekolah, khususnya bagi guru BK, dalam upaya terus menerus edukasi remaja mengenai HIV/AIDS dan pencegahan perilaku seks bebas.