Cekricek.id - Dalam kedalaman planet, fenomena aneh terjadi. Dari inti bumi yang padat hingga gas raksasa yang kaya akan air seperti Uranus dan Neptunus, materi yang kita kenal mengalami tekanan dan panas ekstrem. Salah satunya adalah es superionik, bentuk es yang baru saja ditemukan memiliki fase baru, Ice XIX.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports, Arianna Gleason dari Universitas Stanford dan timnya menggunakan laser berkekuatan tinggi untuk mempelajari struktur es ini. Mereka menemukan bahwa Ice XIX memiliki struktur kristal kubik berpusat tubuh dan konduktivitas yang lebih tinggi dibandingkan pendahulunya, Ice XVIII.
Es superionik bukanlah materi baru bagi ilmuwan. Lima tahun lalu, bentuk es eksotik ini berhasil diciptakan di laboratorium. Namun, penemuan terbaru ini memberikan wawasan mendalam tentang mengapa Uranus dan Neptunus memiliki medan magnetik yang tidak biasa dengan banyak kutub.
Dari perspektif Bumi, kita mungkin menganggap air sebagai molekul sederhana yang terdiri dari satu atom oksigen dan dua atom hidrogen.
Namun, es superionik berbeda. Diperkirakan menjadi salah satu bentuk air yang paling melimpah di alam semesta, es ini tidak hanya ada di Uranus dan Neptunus tetapi juga di eksoplanet yang serupa.
Karakteristik unik dari es superionik adalah struktur oksigennya yang terkunci dalam jaringan kubik padat, sementara atom hidrogennya bergerak bebas, mengalir seperti elektron melalui logam. Hal ini memberikan sifat konduktif pada es superionik dan meningkatkan titik lelehnnya, sehingga tetap padat meskipun pada suhu yang sangat tinggi.
Konduktivitas adalah aspek kunci dalam penelitian ini. Partikel bermuatan yang bergerak menghasilkan medan magnetik. Ini adalah dasar dari teori dynamo, yang menjelaskan bagaimana cairan konduktif yang berputar, seperti mantel Bumi atau di dalam tubuh langit lainnya, menghasilkan medan magnetik.
Jika bagian dalam planet raksasa es seperti Neptunus didominasi oleh padatan kental dan kurang oleh cairan yang berputar, maka jenis medan magnetik yang dihasilkan akan berbeda.
Dan jika di inti planet tersebut terdapat dua lapisan superionik dengan konduktivitas yang berbeda, medan magnetik yang dihasilkan oleh lapisan cairan luar akan berinteraksi dengan masing-masing lapisan dengan cara yang berbeda, membuat fenomena semakin aneh.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa konduktivitas tinggi dari lapisan es superionik seperti Ice XIX akan meningkatkan pembentukan medan magnetik multipolar yang aneh, mirip dengan yang berasal dari Uranus dan Neptunus.
Penemuan ini memberikan jawaban yang memuaskan lebih dari 30 tahun setelah probe ruang angkasa Voyager II NASA, yang diluncurkan pada tahun 1977, melintasi dua raksasa es di Tata Surya kita dan mengukur medan magnetik mereka yang sangat tidak biasa.