Cekricek.id - Dari sabana hingga hutan hujan tropis Afrika, hubungan yang terjalin di antara kera ternyata mampu bertahan sepanjang masa. Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Laura S. Lewis, biolog evolusi dari Universitas Harvard dan mantan mahasiswa Stanford, yang telah dipublikasi jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, mengungkapkan bahwa kera (non-manusia) mampu mengenali anggota keluarga dan teman yang telah lama tidak mereka temui.
Sebanyak 26 simpanse dan bonobo yang ditangkap menjadi subjek penelitian ini. Salah satunya adalah bonobo berusia 46 tahun bernama Louise dari Kumamoto Sanctuary di Jepang.
Louise menunjukkan reaksi mengenali dua bonobo kerabatnya yang telah terpisah sejak tahun 1995, atau selama 26 tahun lamanya.
Rekaman memori sosial yang berlangsung lama ini menjadi catatan terpanjang di antara hewan non-manusia.
Hasil temuan ini pun memberikan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana manusia berevolusi untuk mengingat ribuan wajah selama puluhan tahun.
Eksperimen dilakukan di berbagai institusi di seluruh dunia, termasuk Edinburgh Zoo di Skotlandia dan Planckendael Zoo di Belgia. Setiap simpanse atau bonobo dalam studi ini diajak berinteraksi dengan komputer yang menampilkan dua foto berdampingan sambil menyeruput jus.
Salah satu foto menampilkan wajah yang tidak dikenal, sementara foto lainnya adalah wajah teman lama, kerabat, atau musuh yang pernah hidup bersama mereka selama setidaknya satu tahun. Selama tiga detik, alat pelacak mata memantau perhatian visual peserta.
Lewis menjelaskan, "Ini adalah tes yang sangat sederhana: Apakah mereka melihat lebih lama ke mantan teman sekelompoknya, atau lebih lama ke orang asing?" Hasilnya, mereka cenderung melihat lebih lama pada gambar mantan teman sekelompok mereka.
Sebagai kerabat terdekat kita, tidak mengherankan jika simpanse dan bonobo tertarik pada wajah-wajah yang pernah mereka lihat sebelumnya. Primatolog seperti Lewis telah mencatat bahwa simpanse dan bonobo tampaknya mengenali pengasuh manusia mereka meski telah lama terpisah.
Namun, secara historis, dunia ilmiah seringkali meremehkan kehidupan sosial dan memori hewan lain. Berkat rasa ingin tahu ilmuwan seperti Lewis, pandangan ini perlahan mulai berubah.
Studi lain menemukan bahwa lumba-lumba dapat mengenali siulan khas kerabatnya setelah 20 tahun terpisah. Baru-baru ini, sebuah studi menemukan bahwa induk gajah dan anaknya dapat mengenali aroma satu sama lain setelah terpisah hingga 12 tahun.
Studi baru ini tentang simpanse dan bonobo mendukung gagasan bahwa kita dan saudara kera kita memiliki mekanisme pemrosesan wajah yang serupa, yang digunakan untuk membentuk hubungan yang berkelanjutan dan mungkin seumur hidup.
"We don't know exactly what that representation looks like, but we know that it lasts for years," ungkap Lewis.
Studi ini menunjukkan bahwa kita tidak hanya berbeda dengan kera lain, tetapi juga memiliki kesamaan dengan mereka. Lewis dan rekan-rekannya menemukan bahwa kera lebih memperhatikan wajah-wajah familiar dari teman lama yang memiliki hubungan lebih dekat daripada mereka yang kurang terikat.
Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan wajah jangka panjang berkembang lebih sebagai alat untuk kerjasama daripada kompetisi, meskipun ini memerlukan eksperimen lebih lanjut. Durasi waktu berpisah tampaknya tidak mengubah hasil ini.
Baca juga: Tengkorak yang Dicuri Jerman Akhirnya 'Bicara' Lewat DNA: Kerabat Hidup Ditemukan di Tanzania Afrika
"Meski diperlukan data lebih lanjut untuk menentukan apakah memori sosial kera besar bertahan lebih dari 26 tahun," tulis Lewis dan koleganya, "hasil ini menunjukkan bahwa, setidaknya untuk beberapa kera besar, umur memori sosial mungkin relatif mirip dengan manusia, yang mulai menurun setelah sekitar 15 tahun namun bisa bertahan hingga 48 tahun setelah terpisah."
Jika Lewis dan rekan-rekannya benar, maka memori jangka panjang wajah mungkin kembali ke nenek moyang terakhir kita bersama kera, lebih dari 6 juta tahun yang lalu.