Laissez Faire

Kamus Sejarah Indonesia -

Ilustrasi: Kamus Sejarah Indonesia. [Creator Cekricek.id]

Apa ItuLaissez Faire ?

Laissez Faire adalah frasa dari bahasa Perancis yang berarti “biarkan saja” atau “apa adanya”. Istilah ini dimaknai juga sebagai non-intervensi negara dan umum digunakan dalam bidang ekonomi.

Laissez-faire berarti membiarkan ekonomi dikendalikan pasar dan tidak ada atau minimnya campur tangan negara.

Para pendukung laissez-faire menyuarakan persamaan hak tentang sikap netral pemerintah atau tidak turut campur dalam persaingan antar golongan yang menghendaki keuntungan ekonomi dan politik.

Prinsip ekonomi laissez-faire dinilai oleh sebagian sejarawan dan ahli ekonomi sebagai faktor utama yang mendorong praktik monopoli dalam bisnis, mendorong kebangkrutan negara, serta kemiskinan masyarakat.

Contoh yang paling akurat terkait laissez-faire adalah depresi besar di Amerika Serikat pada 1930.

Proteksionisme atau campur tangan pemerintah dalam ekonomi diperlukan untuk menghindari kekacauan yang ditimbulkan oleh kebebasan tersebut.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno