Cekricek.id - Dalam sebuah studi yang mengeksplorasi sedimen Danau Tianchi, terungkap bahwa perang menjadi pendorong utama peningkatan frekuensi kebakaran di sepanjang Jalur Sutera selama 2.000 tahun terakhir.
Dalam laporan penelitian yang dipublikasi PNAS Nexus, Guanghui Dong, Aifeng Zhou, dan timnya menyelidiki dampak perang, sebagai aktivitas manusia dalam sejarah kebakaran di wilayah Jalur Sutera.
Perang Kuno dan Penggunaan Api
Dalam perang kuno Tiongkok, api merupakan senjata penting. Sun Tzu, ahli strategi militer terkenal abad ke-5 SM dan penulis "Seni Perang," menyarankan penggunaan api melawan musuh. Konteks sejarah ini memperkuat temuan studi ini.
Tim peneliti mengukur karbon hitam, jelaga, dan arang dalam sedimen dari inti Danau Tianchi, yang mewakili 6.000 tahun pengendapan sedimen.
Mereka menghitung jangkauan spatial lahan yang mungkin menyumbang partikel terkait api ke sedimen menggunakan analisis fungsi kontribusi sumber potensial, metode yang biasanya digunakan untuk menentukan area sumber polusi kontemporer.
Kebakaran jarang terjadi pada Holosen tengah, tetapi menjadi lebih sering di Holosen akhir, saat iklim menjadi lebih kering dan vegetasi berbahan bakar menyebar. Kemudian, 2.000 tahun lalu, frekuensi kebakaran menjadi terlepas dari iklim atau vegetasi.
Baca juga: Penemuan Pelana Berkuda Abad 420 M di Makam Mongolia Ungkap Sejarah Perang Berkuda
Pada skala abad, kebakaran selama periode ini sinkron dengan perang, seperti yang tercatat dalam Daftar Perang di Tiongkok Kuno. Dari 2.000 hingga 400 tahun yang lalu, perang antara berbagai kekuatan politik mungkin menjadi kontributor dominan kebakaran intensitas tinggi di area tersebut, menurut para penulis.