AS Darurat Kesehatan Ibu Hamil

AS Darurat Kesehatan Ibu Hamil

Ilustrasi: Ibu hamil. [Canva]

Cekricek.id- Anda mungkin tidak menyangka bahwa negara maju seperti Amerika Serikat ternyata punya pelayanan kesehatan yang buruk untuk ibu hamil. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS melaporkan 4 dari 5 wanita hamil meninggal dunia karena buruknya fasilitas kesehatan.

Ahli epidemiologi dari Harvard University T. H. Chan School of Public Health dan Massachusetts General Hospital, Rebecca Lawn dan Karestan Koenen, menyebutkan kematian ibu hamil di AS karena tidak memiliki akses ke rumah sakit atau pusat kelahiran yang menawarkan penanganan kebidanan dan kandungan. Terutama di daerah gurun.

"Penyebab kematian ibu yang lebih besar di AS karena diabaikan. Tidak ada kepedulian selama masa-masa genting kehamilan," begitu Rebecca Lawn, dikutip dari Science Alert, Senin (24/10/2024).

Rebecca menyebut orang hamil dan ibu baru lebih banyak terbunuh karena komplikasi terkait kehamilan. Seperti gangguan hipertensi, pendarahan, dan sepsis.

Kemudian, pada tahun 2022, kelompok peneliti lain menemukan bahwa sebagian besar pembunuhan terkait kehamilan  adalah kekerasan dalam rumah tangga.

"Di AS antara 2008 dan 2019, senjata api digunakan dalam 68 persen pembunuhan ibu hamil," ucap Rebecca.

Pemerintah AS menurut dia harus menegakkan hukum yang tegas supaya kaum laki-laki di AS tidak mudah begitu saja melakukan kekerasan dengan senjata. Supaya tidak ada lagi ibu hamil dan anak yang menjadi korban.

AS Darurat Kesehatan Ibu Hamil
Ilustrasi: Ibu hamil. [Canva]

Lawn menyebut Kekerasan terhadap perempuan adalah masalah global. Tetapi di AS, adanya izin menggunakan senjata api untuk masyarakat sipil  memperburuk masalah. Lawn dan Koenen menyebut situasi ini sebagai darurat kesehatan bagi ibu hamil.

Kemudian, banyaknya kematian ibu hamil dan bayi di AS disebabkan karena hasrat ingin hidup bebas. Sehingga ibu hamil nekat melakukan aborsi.

Selain itu, aborsi juga dilakukan karena kehamilan yang tidak diinginkan akibat hubungan di luar pernikahan.

Si pria enggan bertanggung jawab lalu si wanita rela membunuh kandungannya demi tidak ditinggalkan kekasihnya.

"Kehamilan yang tidak diinginkan ini banyak terjadi di kalangan kulit hitam AS daripada kulit putih," kata Rebecca.

Pupulasi di AS Akan Menurun

Para peneliti memprediksi bila situasi buruk ini terus terjadi, angka populasi di AS akan semakin menurun. Karena banyaknya kematian ibu hamil membuat para ibu-ibu muda lainnya takut untuk hamil.

Selain itu, akan ada sikap skeptis untuk menjalin hubungan yang serius karena takut nanti si pria tidak mau bertanggung jawab untuk kelahiran anak. Sehingga ibu hamil menjadi stress dan kehamilannya menjadi buruk.

Baca juga: Minum Kopi dan Teh Berbahaya Untuk Ibu Hamil, Bisa Sebabkan Keguguran

Para peneliti menyerukan pemerintah AS supaya tidak mendiamkan situasi ini demi keberlangsungan hidup jangka panjang ke depan. Sebab selama ini yang menjadikan AS sebagai salah satu negara kuat di dunia adalah karena bonus demografi. 

Baca Juga

Situs Raja Arthur King Arthur's Hall di Bodmin Moor Cornwall menampilkan struktur persegi panjang dengan 56 batu tegak yang dibangun pada masa Neolitikum.
Fakta Mengejutkan: Situs Raja Arthur Berusia 5.500 Tahun
Pemakaman kayu Celtic berusia 2.600 tahun yang ditemukan di Riedlingen, Jerman, menunjukkan konstruksi kayu ek yang terpelihara dengan sempurna
Pemakaman Kayu Celtic Berusia 2.600 Tahun Ditemukan di Jerman, Ungkap Jejak Peradaban Kuno
Mengungkap Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Otak
Mengungkap Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Otak
Profil Livia Voigt, Miliarder Termuda di Dunia Berusia 19 Tahun dengan Kekayaan Rp17 Triliun
Livia Voigt, Miliarder Termuda di Dunia Berusia 19 Tahun dengan Kekayaan Rp17 Triliun
Adegan Tak Senonoh di Siaran Langsung Pertandingan Bola Voli Taiwan Picu Kemarahan Netizen
Adegan Tak Senonoh di Siaran Langsung Pertandingan Bola Voli Taiwan Picu Kemarahan Netizen
Gigitan Tikus Toilet Berujung Infeksi Parah, Pria Kanada Ini Hampir Meregang Nyawa
Gigitan Tikus Toilet Berujung Infeksi Parah, Pria Kanada Ini Hampir Meregang Nyawa