Akhir-akhir ini, jagad maya dihebohkan dengan Citayam Fashion Week. Biasanya kata Fashion Week lekat dengan ajang model-model profesional dengan brand-brand terkenal saling berkompetisi dengan memperagakan karyanya di atas catwalk.
Tapi Citayam Fashion Week sangat berbeda. Arena untuk anak-anak muda ini melenggak-lenggok memeragakan outfitnya justru di jalanan. Yakni di zebra cross di kawasan Dukuh Atas, Jakarta.
Komunitas yang menggagas Citayam Fashion Week ini adalah komunitas SCBD. Bukan Sudirman Central Business District. Melainkan Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok.
Artinya anak-anak remaja yang sering nongkrong di Sudirman ini berasal dari kota-kota penyangga DKI.
Rata-rata anak-anak muda yang ikut nongkrong bersama SCBD ini adalah remaja-remaja yang masih duduk di bangku SMP.
Dengan pakaian seadanya dan brand-brand lokal, mereka sudah bergaya layaknya model profesional.
Setelah bergaya di trotoar untuk pamer outfit, mereka melepas dahaga hanya dengan meminum jajanan murahan seperti nutrisari dingin, starbuck keliling (kopi sachet yang dijajakan dengan sepeda) dan cinlok.
Sehingga keramaian yang ditimbulkan anak-anak SCBD di ajang Citayam Fashion Week ini juga berdampak baik bagi perekonomian pedagang kecil di sekitaran Sudirman.
Apa yang tergambar di kawasan Sudirman yang merupakan kawasan paling elit di Jakarta bahkan Indonesia ini merupakan sebuah publik sphere yang dikemukakan oleh pemikir Jerman, Jurgen Habermas.
Yaitu ranah kehidupan sosial dalam bentuk ruang publik. Di mana setiap warga negara tak peduli dari mana asal maupun kastanya bebas menggunakan ruang publik untuk berkreasi dan berekspresi.
Memang sejak beberapa tahun terakhir, Pemda DKI mengubah konsep kawasan Sudirman yang ramah terhadap publik pejalan kaki. Di mana trotoarnya lebih luas dibandingkan jalan untuk kendaraan.
Sehingga kawasan Sudirman tak lagi hanya dirasakan oleh kalangan pekerja kantoran, tapi juga menjadi destinasi wisata buat masyarakat pinggiran.
Kini ruang publik Citayam Fashion Week ini tak hanya sebagai ajang kumpul, pamer outfit dan lokasi untuk membuat konten para remaja. Citayam Fashion Week juga sudah sukses melahirkan sejumlah bintang yang dianggap artis di kalangan SCBD. Di mana kita sudah akrab dengan namanya Bonge, Jeje Slebew, Roy, Kurma. Mereka adalah bintang yang menjadi idola di ajang SCBD.
Berkat ketenaran para tokoh di Citayam Fashion Week ini, kini aksi berjalan pamer outfit fi zebra cross Dukuh Atas juga menular ke kalangan atas. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wali Kota Pariaman Genius Umar tak mau ketinggalan ikut berpartisipasi di Citayam Fashion Week.
Dan kalangan artis ibu kota pun seperti kompak menyerbu untuk ikut-ikutan membuat konten di Citayam Fashion Week.
Kini anak-anak SCBD dan Citayam Fashion Week menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat terutama di sosial media. Banyak yang membela banyak juga yang berkomentar negatif. Mereka yang mengejek menganggap anak-anak SCBD ini sebagai generasi rusak yang lebih mementingkan gaya daripada serius belajar. Dan mereka juga dianggap sebagai penyebab kemacetan dan membuang sampah sembarangan yang mengotori kawasan Sudirman.
Tapi yang pro pun tidak sedikit. Banyak yang memberikan support kepada Bonge, Jeje, Roy dan Kurma agar terus semangat berkreasi dari akar rumput.
Coba Dirampas Artis Kaya
Keramaian Citayam Fashion Week ini membuat pasangan artis sekaligus Youtuber, Baim Wong dan Paula Verhoeven ikut turun bergabung dengan anak-anak SCBD. Bahkan Paula rela jauh-jauh menyambagi rumah Bonge di Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Di mana Paula memamerkan video kalau dirinya menyerahkan uang senilai Rp 500 juta kepada Bonge sebagai bentuk dukungan agar Citayam Fashion Week ini tetap eksis.
Ternyata beberapa hari kemudian, terdengar kabar bahwa Baim Bong atas nama perusahaanya, Tiger Wong mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Citayam Fashion Week ini ke Kementerian Hukum dan Ham.
Tindakan Baim Wong dan Paula ini mendapat cibiran dari publik. Bahkan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil meminta Baim membatalkan pendaftaran HAKI tersebut.
Baim diminta tidak mencampuri urusan anak-anak SBCD ini berkreasi secara spontan. Tanpa harus mendorongnya kepada sebuah hal yang formal dan komersial.
Netizens pun menghujat Baim dan Paula sebagai artis Pansos yang mencoba mencuri hak atas kreativitas anak-anak remaja yang hanya membutuhkan ruang berekspresi.
Pro dan kontra terkait pendaftaran HAKI oleh Baim Wong Cs ini masih menjadi pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Sebaiknya, ajang Citayam Fashion Week ini tetap dibiarkan mengalir begitu saja sebagaimana maunya remaja-remaja SCBD.
Karena para artis terkenal dan pengusaha kaya sejatinya bisa mencari ruang lain untuk pengembangan bisnisnya agar membuat cuannya dan kepopulerannya kian bertambah. Sementara bagi anak-anak remaja SCBD, pikiran mereka tentu belum sampai untuk menjadi kaya raya bahkan semapan Baim dan Paula. Mereka hanya ingin berkumpul, ngonten dan bersenda gurau sambil pamer outfit yang sesuai dengan kemampuan mereka.
---
Yola Aini Zahra
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Faskultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas