Hoegeng Imam Santoso

Hoegeng Imam Santoso adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ke-5 yang lahir pada 14 Oktober 1921 di Pekalongan. Ia memulai karier di kepolisian dengan memilih kuliah di Recht Hoge School (RHS) pada 1940, kemudian mengikuti latihan kemiliteran Jepang tahun 1942, dan diangkat menjadi wakil kepala polisi seksi II Jomblang Semarang pada 1944.

Hoegeng Imam Santoso. [Foto: Istimewa]

Siapa Hoegeng Imam Santoso?

Hoegeng Imam Santoso adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) ke-5 yang lahir pada 14 Oktober 1921 di Pekalongan. Ia memulai karier di kepolisian dengan memilih kuliah di Recht Hoge School (RHS) pada 1940, kemudian mengikuti latihan kemiliteran Jepang tahun 1942, dan diangkat menjadi wakil kepala polisi seksi II Jomblang Semarang pada 1944.

Setahun kemudian menjadi Kepala Polisi Jomblang. Pada 1950, ia melanjutkan pendidikan dengan mengikuti kursus orientasi di Provost Marshal General School, Military Police School Port Gordon, Amerika Serikat.

Selesai pendidikan tersebut, ia menjabat sebagai kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya pada 1952.

Hoegeng dipindahtugaskan ke Medan menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara pada 1956. Pendidikannya berlanjut di Pendidikan Brimob dan menjadi Staf Direktorat II Mabes Kepolisisan Negara pada 1960.

Karier kepolisiannya terus meningkat setelah masuk dalam Kepolisian Negara, hingga pada 1968 Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara.

Selama menjabat menjadi Kepala Kepolisian, beberapa hal dilakukan olehnya dalam membenahi beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri agar lebih dinamis dan komunikatif. Perubahan kedua adalah perubahan nama pimpinan polisi dan markas besar.

Akhirnya dikeluarkan Kepres No. 52 Tahun 1969 yang mengubah sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri), dengan begitu nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisan (Mabak).

Ada beberapa kasus besar yang ditangani semasa kepemimpinannya, yaitu Kasus Sum Kuning, yaitu kasus pelecehan seksual terhadap penjual telur yang diduga pelakunya adalah anak-anak petinggi.

Kemudian kasus penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah. Setelah kedua kasus itu mencuat di masyarakat, pada 1971 Hoegeng pensiun dari jabatan Kapolri. Di usia 82 Hoegeng meninggal dunia.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca berita terbaru dan terkini hari ini, seputar peristiwa, hukum, politik, ekonomi, olahraga, gaya hidup, hiburan, budaya, dan sejarah, hanya di Cekricek.id.

Baca Juga

Bahasa yang Hilang dari Zaman Hittite Ditemukan di Turki
Bahasa yang Hilang dari Zaman Hittite Sekitar 3000 Tahun Lalu Ditemukan di Turki
Misteri Pembunuhan di Oxford Abad Pertengahan: Kisah Kelam di Balik Pendidikan Elit
Misteri Pembunuhan di Oxford Abad Pertengahan: Kisah Kelam di Balik Pendidikan Elit
Misteri Penemuan "Kuali" di Florida, Diduga Bagian dari Kapal Selam Abad ke-17
Misteri Penemuan "Kuali" di Florida, Diduga Bagian dari Kapal Selam Abad ke-17
Misteri Kehancuran Dinasti Qing: Mengurai Penyebab Kehancuran dan Pelajarannya untuk Generasi Kini
Misteri Kehancuran Dinasti Qing: Ini 3 Penyebah Utama Menurut Ahli
Upaya Memberantas Pelacuran di Ampek Angkek, Agam: Gadis 16 Tahun Dinikahkan
Upaya Memberantas Pelacuran di Ampek Angkek, Agam: Gadis 16 Tahun Dinikahkan
Datuak Putiah, Pengikut Ahmadiyah Asal Solok yang Dideportasi dari Mekah
Datuak Putiah, Pengikut Ahmadiyah Asal Solok yang Dideportasi dari Mekah