Penelitian terbaru mengungkap aktivitas otak yang meningkat saat ambang kematian, memberikan wawasan baru tentang pengalaman mendalam dan potensi kesadaran.
Cekricek.id - Apa yang terjadi saat kita benar-benar menghadapi kematian—ketika jantung berhenti dan aktivitas listrik di otak kita "menghilang"? Pertanyaan ini telah menjadi misteri sejak zaman dahulu. Meskipun teks-teks keagamaan memberikan berbagai penjelasan, ilmuwan terus berupaya mencari jawabannya.
Penelitian terbaru menunjukkan kemajuan signifikan dalam memahami proses otak saat bertransisi dari kehidupan ke kematian.
Berdasarkan temuan yang diterbitkan pada 14 September di jurnal Resuscitation, otak beberapa pasien yang mengalami henti jantung menunjukkan aktivitas yang meningkat saat mendapatkan CPR, meskipun jantung mereka berhenti berdetak hingga satu jam. Sebagian kecil dari mereka yang selamat mampu mengingat pengalaman tersebut.
Sam Parnia, penulis utama studi ini dan seorang profesor asosiasi di NYU Langone Health, menggambarkan temuan ini sebagai tanda dari "pengalaman mendalam yang jernih dan dapat dikenang". Ia menekankan bahwa pengamatan semacam itu belum pernah mungkin dilakukan sebelumnya.
Pengalaman mendalam—istilah yang lebih disukai Parnia daripada "pengalaman mendekati kematian" untuk keakuratan—telah dilaporkan di berbagai budaya sepanjang sejarah.
Meskipun beberapa ilmuwan Barat sebelumnya menganggap cerita-cerita tersebut sebagai halusinasi atau mimpi, kini semakin banyak tim penelitian yang memandang fenomena ini sebagai cara untuk menyelidiki kesadaran dan misteri kematian.
Dalam penelitian ini, Parnia dan timnya bekerja sama dengan 25 rumah sakit, terutama di AS dan Inggris. Mereka menggunakan perangkat portabel untuk mengukur oksigen dan aktivitas otak pasien yang mengalami darurat jantung.
Salah satu metodenya adalah dengan memutar rekaman nama-nama buah seperti pisang, pir, dan apel melalui headphone yang dikenakan pasien.
Dari 567 pasien yang mengalami henti jantung selama periode penelitian, hanya 53 yang selamat. Hampir 40% dari mereka melaporkan kesadaran selama kejadian tersebut, dan 20% mengalami pengalaman mendalam.
Banyak di antara mereka menggambarkan pengalaman tersebut sebagai "evaluasi moral" atas seluruh hidup mereka.
Parnia dan timnya memiliki hipotesis untuk menjelaskan temuan mereka. Mereka berpendapat bahwa saat mendekati kematian, sistem pengereman otak dilepas, memungkinkan individu mengakses keseluruhan kesadaran mereka. Ini mungkin mempersiapkan seseorang untuk transisi dari kehidupan ke kematian.
Temuan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang ketahanan otak terhadap kekurangan oksigen. Parnia menekankan bahwa otak mungkin lebih tahan terhadap kekurangan oksigen daripada yang diperkirakan sebelumnya, yang dapat membuka peluang baru dalam pengobatan kerusakan otak di masa depan.
Lakhmir Chawla, seorang dokter ICU yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menganggap hasil penelitian ini sangat menarik. Ia menyarankan agar dokter memperlakukan pasien yang menerima CPR seolah-olah mereka sedang sadar.
Dengan pemahaman baru ini, kita mungkin dapat memberikan pengobatan yang lebih baik bagi mereka yang berada di ambang kematian dan memberikan harapan baru bagi keluarga mereka.