Misteri Punahnya Kera Terbesar di Dunia, Giganto, Terpecahkan

Misteri Punahnya Kera Terbesar di Dunia, Giganto, Terpecahkan

Ilustrasi. [Dibuat menggunakan AI oleh Cekricek.id]

Cekricek.id - Misteri punahnya kera terbesar yang pernah menghuni bumi, Giganto (Gigantopithecus blacki), akhirnya terpecahkan. Sebuah penelitian terbaru, yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada 10 Januari 2024, mengungkapkan bahwa primata raksasa ini punah sekitar 215.000 hingga 295.000 tahun yang lalu karena ketidakmampuannya beradaptasi dengan perubahan iklim yang signifikan.

Giganto, demikian julukan untuk primata ini, pertama kali muncul sekitar 2 juta tahun yang lalu dan telah menjadi pusat perhatian dalam dunia paleontologi. Meski peneliti telah menemukan ribuan gigi dan beberapa tulang rahang parsial, belum ada kerangka lengkap yang berhasil diidentifikasi.

Para ilmuwan, dalam upaya untuk menjelaskan misteri kepunahan Giganto, menganalisis sisa-sisa fosil gigi, catatan serbuk sari, dan tanggal geologis. Dengan menggunakan enam teknik penanggalan berbeda, mereka mengungkap kronologi kepunahan kera raksasa tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sekitar 700.000 tahun yang lalu, habitat hutan lebat yang menjadi rumah bagi Giganto mulai berubah menjadi padang rumput terbuka.

Perubahan ini membuat ketersediaan makanan berkurang dan menciptakan tantangan bagi Giganto yang, pada saat itu, telah menjadi primata terbesar di dunia dengan tinggi mencapai 10 kaki (3 meter) dan berat mencapai 600 pon (270 kilogram).

Selama masa perubahan ini, Giganto tidak mampu beradaptasi dengan perubahan musiman dan ketersediaan air yang semakin tidak konsisten.

Kenaikan ukuran tubuhnya membuatnya memerlukan lebih banyak makanan, tetapi keterbatasan geografis dalam mencari makanan membuatnya semakin sulit bertahan hidup. Kera raksasa ini akhirnya terjebak dengan pola makan yang tidak dapat dipertahankan, yang pada akhirnya menyebabkan kepunahannya.

Ahli paleontologi dan rekan penulis utama, Yingqi Zhang, dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Palaeoanthropology di Chinese Academy of Sciences, menyatakan, "Kisah G. blacki merupakan sebuah teka-teki dalam paleontologi – bagaimana mungkin makhluk sebesar itu bisa punah pada saat primata lain beradaptasi dan bertahan hidup?"

Penelitian ini membuktikan bahwa Giganto memilih jalur evolusi yang tidak dapat dibalik, dan kepunahannya memberikan wawasan berharga terkait dengan kondisi lingkungan yang ada di Bumi saat ini.

Kira Westaway, salah satu penulis utama dan ahli geokronologi di Macquarie University di Australia, menekankan pentingnya memahami kepunahan G. blacki sebagai landasan untuk usaha konservasi primata modern seperti orangutan dan gorila gunung.

Baca juga: Peneliti Menemukan Mosaik Kerang Berusia 2.300 Tahun di Rumah Mewah Roma

Dengan penemuan ini, para ilmuwan berharap bahwa pembelajaran dari masa lalu dapat membantu kita menghadapi tantangan konservasi di masa depan. Kesamaan kondisi lingkungan pada masa Giganto dengan situasi Bumi saat ini menyoroti urgensi upaya untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati yang kita miliki.

Dapatkan update Berita Riau Hari Ini setiap hari dari Cekricek.id. Ikuti kami melalui Google News. Klik tautan untuk terhubung.

Baca Juga

Pengaruh Islam terhadap Budaya Melayu: Warisan yang Hidup hingga Kini
Pengaruh Islam terhadap Budaya Melayu: Warisan yang Hidup hingga Kini
Beban Hutang Perusahaan Terbukti Melemahkan Kinerja Keuangan
Beban Hutang Perusahaan Terbukti Melemahkan Kinerja Keuangan
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno