Misteri Takin, Mamalia Pegunungan yang Ajaib dengan Mitos Bulu Emas

Cekricek.id - Misteri Takin, Mamalia Pegunungan yang Ajaib dengan Mitos Bulu Emas

Ilustrasi: Takin. [Dibuat oleh Kreator Cekricek.id]

Cekricek.id - Takin, mamalia pegunungan yang mempesona dengan bulu emas yang menjadi bagian dari mitos dan legenda. Takin, dengan nama ilmiah Budorcas taxicolor, terbagi menjadi empat subspesies yang unik, yaitu Takin Bhutan (B. taxicolor whitei), Takin Emas (B. taxicolor bedfordi), Takin Mishmi (B. taxicolor taxicolor), dan Takin Sichuan (B. taxicolor tibetana).

Hewan ini mendiami zona alpine dan lembah berhutan di Asia, melintasi Bhutan, Myanmar, India utara, China tengah dan selatan, serta Tibet. Makanan utama mereka adalah vegetasi yang tersedia sesuai musim, terutama daun dari pohon dan semak-semak.

Mereka juga memakan rumput dan tumbuhan herba. Di musim dingin, Takin memakan ranting muda ketika makanan kesukaannya tidak tersedia.

Takin dikenal karena penampilannya yang unik dan aneh. Mereka memiliki hidung seperti moose, kaki pendek dan kokoh yang menopang tubuh besar dan berat.

Kedua jenis kelamin memiliki tanduk mirip wildebeest, yang tumbuh dari mahkota kepala dan melengkung ke atas.

Bulu mereka yang berbau dan berbulu tebal bervariasi dari abu-abu coklat hingga merah atau coklat, tergantung pada subspesiesnya. Namun, yang paling mencolok adalah bulu Takin Emas yang berwarna emas berkilau, yang mungkin telah menginspirasi bulu emas dalam mitologi Yunani.

Takin hidup di lingkungan pegunungan, berpindah-pindah di lereng bukit untuk mencari makan. Kuku belah yang telah beradaptasi khusus membantu mereka melewati medan yang curam dan berbatu.

Di musim panas, saat makanan melimpah dan terjadi perkawinan, Takin membentuk kawanan hingga 300 individu. Namun, mereka kemudian terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil sekitar 15 hingga 30 hewan di bulan-bulan musim dingin.

Kawanan ini sebagian besar terdiri dari betina; jantan hidup menyendiri kecuali pada musim kawin.

Jantan Takin menandai wilayah mereka dengan menyemprotkan urin ke kaki, dada, dan wajah mereka, mungkin sebagai indikator olfaktori dominasi.

Meskipun memiliki sedikit predator, anak-anak Takin terkadang menjadi mangsa macan salju, sementara macan tutul, harimau, serigala, dan beruang hitam Asia sesekali memangsa orang dewasa.

Ketika merasakan bahaya, Takin memberi peringatan pada kawanan dengan suara batuk, mengirim yang lainnya melarikan diri ke semak-semak untuk bersembunyi.

Semua subspesies Takin dianggap rentan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa jangkauan habitat mereka mungkin lebih kecil dari perkiraan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa mamalia unik ini mungkin berada dalam risiko yang lebih besar dari yang kita sadari.

Tag:

Baca Juga

Kopiah Beludru, Kontribusi Historis Identitas Melayu bagi Indonesia
Kopiah Beludru, Kontribusi Historis Identitas Melayu bagi Indonesia
Menemukan Jawaban: Berapa Banyak Piramida Mesir Kuno?
Menemukan Jawaban: Berapa Banyak Piramida Mesir Kuno?
Rahasia Hilangnya Ekor Manusia Terungkap: Mutasi DNA Jadi Penyebabnya
Rahasia Hilangnya Ekor Manusia Terungkap: Mutasi DNA Jadi Penyebabnya
Ternyata Penemu 'Titik Desimal' Bukan Christopher Clavius, Tapi Giovanni Bianchini pada Tahun 1440-an
Ternyata Penemu 'Titik Desimal' Bukan Christopher Clavius, Tapi Giovanni Bianchini pada Tahun 1440-an
Menelusuri Jejak Mumi Mesir: Sejak Kapan Tradisi Ini Dimulai?
Menelusuri Jejak Mumi Mesir: Sejak Kapan Tradisi Ini Dimulai?
13 Jenis Makanan yang Bisa Menurunkan Risiko Terkena Kanker
13 Jenis Makanan yang Bisa Menurunkan Risiko Terkena Kanker