Cekricek.id - Mitologi naga telah melegenda di seluruh masyarakat dunia. Meskipun tidak ada bukti sahih bahwa hewan ukuran besar itu pernah ada, tapi ia begitu melekat dalam karya seni yang menghiasi sepanjang sejarah.
Kata naga sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni Drakconis atau Drakons. Lalu pada abad ke 13, pertama kali masuk ke dalam bahasa Inggris, yakni Dragon.
Penggambaran paling awal tentang naga ini adalah dari karya sastra di zaman Mesopotamia (kini wilayah Irak) pada abad ke dua sebelum Masehi. Saat itu naga digambarkan dalam karya seni dengan nama Enuma Elsih.
Lalu, pada periode Akkadia, makhluk mirip naga ini muncul dalam teks yang dikenal dengan nama Mušmaḫḫū. Mušmaḫḫū ini berarti ular kemerahan atau ular ganas yang digambarkan di gerbang istana Ishtar Kota Babilonia.
Zaman Mesir Kuno juga menggambarkan naga dengan nama Apep atau Apophis yang artinya makhluk ular raksasa yang bersemayam di alam kematian. Di mesir, Apep ini disebutkan selama dinasti ke 8 atau tahun 2181 hingga 2160 SM. Apep diceritakan lahir dari tali pusar dewa Ra yang merupakan cahaya dan Ma'at.
Masih di zaman Mesir kuno, ada lagi penyebutan Nehebkau yang artinya ular raksasa yang menjaga dewa Ra. Dan dalam cerita Mesir ini, Apep dan Nehebkau kerap bertarung untuk berebut pengaruh sebagai naga yang terkuat.
Kemudian dalam literatur Zoroaster dari Iran dan Persia, naga disebut sebagai Aži Dahāka, yang berarti 'Ular Besar Avestan'. Penggambaran naga di Persia dan Iran ini adalah personifikasi dari sebuah keserakahan. Karena hewan ini begitu besar kuat dan berkuasa yang tidak segan menidas makhluk yang lemah.
Dalam literatur Sufi Persia, Jalāl al-Dīn Muḥammad Rūmī, juga menyebutkan bahwa naga melambangkan jiwa sensual, keserakahan dan nafsu yang perlu ditaklukkan dalam pertempuran spiritual.
Dalam mitologi Yunani Kuno, Drakons sering diceritakan muncul dengan lidah beracun, nafas berapi. Seperti yang diceritakan hingga sekarang di mana naga merupakan hewan berkepala ular, bisa terbang dan dapat meniupkan api dalam cakupan besar.
"Banyak pahlawan Yunani bertarung atau bertemu dengan makhluk drakonik. Heracles membunuh Lernaean Hydra, Jason membius naga yang tidak bisa tidur yang menjaga Bulu Domba Emas, Zeus melawan monster Typhon, dan Cadmus melawan naga Ares," begitu menurut Heritagedaily.com.
Beralih kepada mitologi Cina, naga justru digambarkan sebagai simbol kekuatan keberuntungan. Sebutan naga di Cina yang kemudian mempengaruhi negara lain di Asia adalah, Hanzi lóng.
Mitologi Cina menyebutkan naga sering menjadi alat tunggangan dewa dan manusia setengah dewa. Selain sebagai tunggangan, para dewa-dewi yang dipercaya di Cina kerap menjadikan naga sebagai sahabat terbaiknya.
Karena itulah Kaisar Tiongkok menggunakan simbol naga untuk memproyeksikan kekuatan kekaisarannya.
Gambar tradisional naga di Cina ini muncul selama dinasti Shang (1766 hingga 1122 SM) dan Zhou (1046 SM – 256 SM). Kemudian berkembang menjadi Yinglong yakni naga bersayap yang diusulkan oleh cendekiawan.
Di Jepang, legenda naga sangat terkait dengan naga Cina, bahkan menggunakan kata pinjaman Cina untuk nama naga.
Diyakini bahwa biksu Buddha dari seluruh Asia mentransmisikan legenda naga dan ular dari mitologi Buddha dan Hindu ke Jepang, meskipun ada beberapa contoh naga asli yang dijelaskan dalam teks kuno seperti Kojiki dan Nihongi.
Dalam mitologi Filipina naga disebut Bakunawa yang berarti ular bengkok. Di sana, naga dipercaya mirip ular yang diyakini sebagai penyebab gerhana, gempa bumi, hujan, dan angin. Bakunawa juga kadang-kadang dikenal sebagai dewa ular Hindu-Budha, Naga.
Dalam mitologi peradaban Andes di Amerika Selatan, Amaroca, Amaruca atau Katari adalah ular mitos atau naga, yang paling terkait dengan kerajaan Tiwanaku dan Inca. Dalam mitologi Inca, Amaruca adalah ular berkepala dua besar yang berdiam di bawah tanah di dasar danau dan sungai.
Baca juga: Membuktikan Dihuni Roh Jahat, Penjelajah Terjun ke Gua Misterius Sedalam 70 Meter
Tapi dalam karya modern, naga seperti yang digambarkan dalam serial Game of Thrones, serial The Hobbit dan beberapa karya lainnya. Karya modern ini membuat audiovisual naga berkepala ular, berkumis, giginya tajam, punya ekor dan punya sayap untuk terbang. Hembusan api dari mulut naga pun digambarkan dapat membumihanguskan satu kota hanya dengan seketika.