Pemanasan global yang mencapai 3°C di atas suhu pra-industri dapat menyebabkan 200.000 kematian tiap tahun di Amerika Serikat.
Cekricek.id - Pemanasan global bukan hanya tentang es yang mencair atau hewan yang terancam punah. Menurut studi terbaru, jika suhu rata-rata dunia meningkat sebesar 3°C di atas suhu pra-industri, hampir 200.000 warga Amerika Serikat bisa meninggal setiap tahunnya akibat penyebab yang berkaitan dengan suhu.
Dalam periode antara 1987 hingga 2000, di 106 kota besar di Amerika, tempat 65% populasi tinggal, rata-rata 36.444 orang meninggal setiap tahunnya karena alasan yang berkaitan dengan suhu. Menariknya, tiga perempat dari kematian tersebut adalah orang-orang yang berusia 75 tahun atau lebih.
Namun, apa yang akan terjadi jika pemanasan global mencapai angka yang dikhawatirkan oleh para ahli iklim, yaitu 3°C di atas suhu pra-industri, pada akhir abad ini? Studi tersebut memperkirakan bahwa jumlah kematian bisa meningkat lebih dari lima kali lipat. Angka ini setara dengan sepertiga dari jumlah orang yang meninggal akibat kanker di Amerika setiap tahunnya.
Sebagian besar kematian tambahan ini diperkirakan akan terjadi di negara bagian utara AS, yang kota-kotanya belum sepenuhnya siap menghadapi suhu yang sangat tinggi. Namun, ada harapan. Kota-kota yang mampu beradaptasi dengan panas, misalnya dengan meningkatkan akses ke pendingin udara, bisa mengurangi angka kematian hingga 28%.
Andrew Dessler, penulis studi dan profesor ilmu atmosfer di Texas A&M University, menyatakan, "Perubahan iklim akan menimbulkan berbagai tantangan bagi manusia; salah satunya adalah kematian akibat suhu." Ia menambahkan bahwa kenaikan signifikan dalam jumlah kematian yang berkaitan dengan suhu diharapkan terjadi dalam abad ini, terutama karena populasi yang semakin menua.
Namun, ada sisi positif. Jika kenaikan suhu rata-rata kurang dari 3°C, perubahan iklim justru akan sedikit mengurangi kematian yang berkaitan dengan suhu karena lebih sedikit orang yang meninggal akibat cuaca dingin.
Dessler menekankan, "Perubahan iklim akan mempengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda, tergantung di mana mereka tinggal dan seberapa besar pemanasan yang terjadi." Bagian utara AS diperkirakan akan mengalami peningkatan kematian akibat suhu, sementara bagian selatan AS akan mengalami penurunan kematian. Ini karena bagian selatan AS sudah terbiasa dengan suhu panas.
Meski demikian, studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Tidak membahas penyebab kematian lain yang dipengaruhi oleh perubahan iklim, seperti penyakit yang disebarkan oleh hama atau dampak dari badai besar. Selain itu, studi ini fokus pada kota-kota besar dan tidak membahas dampak pemanasan global di daerah pedesaan.
Vivek Shandas, profesor adaptasi iklim di Portland State University yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menekankan pentingnya perubahan infrastruktur, lanskap, dan komunitas untuk menghadapi musim panas yang lebih panas, terutama di bagian utara AS.
Namun, Dessler menegaskan bahwa pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca hingga mendekati nol untuk menstabilkan iklim. Stephen Fong, direktur untuk Center for Integrative Life Sciences Education di Virginia Commonwealth University, menambahkan bahwa meskipun pemasangan AC mungkin menjadi solusi jangka pendek, kita perlu mengatasi masalah mendasar yang menyebabkan kenaikan suhu.
Dengan demikian, kesadaran akan risiko panas dan kebijakan yang kohesif akan sangat membantu dalam meminimalkan dampak kesehatan di masa depan.