Penelitian terbaru menunjukkan potensi ginjal babi yang telah dimodifikasi genetik untuk mengatasi kekurangan organ transplantasi di masa depan. Terobosan ini membawa harapan baru bagi ribuan pasien yang menunggu transplantasi.
Cekricek.id - Tragedi menimpa Mary Miller-Duffy ketika saudaranya, Maurice "Mo" Miller, tiba-tiba pingsan. Beberapa hari kemudian, ia dinyatakan brain-dead. Keputusan berat menanti: apakah ia akan mendonasikan tubuh saudaranya untuk riset? Keputusan ini membawa tubuh Mo ke NYU Langone Health, menjadi bagian dari upaya mengatasi kekurangan organ transplantasi dengan organ hewan.
"Mo selalu ingin membantu orang lain," ungkap Miller-Duffy. Meski pilihan tersebut berat, ia bangga dengan tindakan terakhir saudaranya. "Dari kematian tragis ini, sesuatu yang baik muncul."
Associated Press memberikan gambaran mendalam tentang eksperimen dengan orang yang sudah meninggal yang mungkin membantu mendekatkan transplantasi dari hewan ke manusia menjadi kenyataan. Pada 14 Juli, ahli bedah menggantikan ginjal Miller dengan ginjal babi yang telah dimodifikasi genetik. Kejutan besar terjadi ketika, lebih dari sebulan kemudian, ginjal baru tersebut berfungsi dengan sempurna.
Saat ini, mendapatkan organ transplantasi adalah tantangan besar. Lebih dari 100.000 orang berada dalam daftar tunggu nasional, dengan mayoritas membutuhkan ginjal. Ribuan orang meninggal dalam penantian.
Dr. Robert Montgomery, kepala institut transplantasi NYU Langone, sendiri pernah mendapatkan transplantasi jantung pada tahun 2018. Ia percaya bahwa solusi untuk mengatasi kekurangan ini adalah dengan menggunakan organ hewan.
Setelah puluhan tahun percobaan yang gagal, babi yang telah dimodifikasi genetik kini menjadi harapan baru dalam xenotransplantasi.
Pada tahun sebelumnya, ahli bedah dari University of Maryland mencoba menyelamatkan seorang pria yang sekarat dengan jantung babi, dan pria tersebut bertahan selama dua bulan.
Namun, tantangan masih ada. Montgomery melakukan lebih banyak eksperimen pada orang yang sudah meninggal sebelum mencoba pada pasien yang hidup. Penolakan organ adalah masalah utama, dan tim peneliti terus memantau kemungkinan penolakan jangka panjang.
Ketika Mo dilarikan ke rumah sakit setelah pingsan, ia tidak pernah sadar kembali setelah biopsi dan dinyatakan brain-dead pada usia 57.
Miller-Duffy bertanya tentang donasi organ saudaranya, tetapi ia tidak memenuhi syarat karena biopsi menemukan kanker. Namun, dengan riwayat penyakit ginjal dalam keluarga mereka, Miller-Duffy memutuskan untuk mendonasikan tubuh saudaranya untuk riset.
Montgomery menjelaskan prosedur transplantasi babi kepada Miller-Duffy dan istrinya, Sue Duffy, melalui panggilan video. Proses transplantasi melibatkan banyak langkah ekstra, termasuk memilih babi yang tepat untuk digunakan dan langkah-langkah ekstra yang diambil sebelum dan sesudah operasi.
NYU berinteraksi dengan kelompok-kelompok masyarakat dan pemimpin agama sebelum memulai penelitian dengan tubuh yang didonasikan. Banyak orang ingin tahu kapan penelitian pada pasien yang hidup dapat dimulai, sesuatu yang akan diputuskan oleh Food and Drug Administration.
Montgomery secara rutin memberikan pembaruan kepada Miller-Duffy dan istrinya dan mengundang mereka untuk bertemu dengan tim di NYU. Saat penelitian mendekati batas waktu satu bulan, ia meminta izin untuk memperpanjang penelitian. Meskipun ini berarti menunda upacara peringatan, Miller-Duffy setuju.
Pengalaman ini telah mengubah pandangan banyak orang tentang donasi organ, termasuk Sue Duffy, istri Miller-Duffy. "Mungkin saya tidak memerlukan semua organ saya saat pergi ke surga," kata Sue. "Dulu saya sangat menentang, tapi sekarang saya sangat mendukung."
