Siapa Soedirman?
Soedirman adalah mantan guru sekolah dan komandan batalyon Pembela Tanah Air (Peta) yang diangkat menjadi panglima tentara di Yogyakarta pada 12 November 1945. Sudirman menekankan nilai-nilai kesatriaan dan semangat nasional di atas hierarki dan organsasi formal dalam mengalahkan Belanda.
Soedirman lahir pada Senin, 24 Januari 1916, di Desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Soedirman memperoleh pendidikan formal pada usia tujuh tahun di Hollandsch-inlandsche School (HIS). Pada 1930, Soedirman menamatkan pendidikannya di HIS. Dua tahun setelah lulus ia mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di Meer Uitgebereid Lagere Onderwijs (MULO) Wiworotomo.
Setelah lulus dari MULO Wiworotomo pada 1934, Soedirman diangkat menjadi guru di HIS Muhammadiyah yang baru berdiri di Cilacap.
Soedirman yang tergolong tokoh masyarakat di Banyumas waktu itu terpilih untuk mengikuti pendidikan calon deidanco (komandan batalyon) angkatan kedua.
Melalui pelatihan ini jiwa cinta Tanah Air, disiplin, dan militansi Soedirman tersalurkan. Soedirman merasakan kerasnya latihan militer, organisasi ketentaraan, taktik, kesatuan kecil dan strategi militer yang diberikan secara singkat. Terhitung selama empat bulan Soedirman menerima pelatihan menjadi tentara Peta.
Kemudian ia diangkat menjadi daidanco dan diberi tugas untuk mendirikan daidan di Kroya. Jabatan daidanco Peta itu menjadi jabatan pertama Soedirman dalam dunia kemiliteran.
Soedirman mampu tampil menjadi komandan dan pemimpin yang tegas namun dihormati dan dicintai oleh bawahannya.
Meskipun ia telah menjabat, namun perhatiannya tetap tertuju pada kesejahteraan rakyat dan bawahannya. Menyadari mendesaknya kehadiran pemimpin tertinggi dalam tentara, atas prakarsa Kepala Staf Umum TKR Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo, pada 12 November 1945 diselenggarakan Konferensi TKR.
Konferensi tersebut berlangsung di Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta dan dihadiri oleh sejumlah komandan Divisi TKR dan Komandan Resimen TKR. Dalam Konferensi itu, Panglima Divisi V Banyuwangi, Kolonel Soedirman, terpilih sebagai Pemimpin TertinggI TKR melalui pemungutan suara.
Pada 18 Desember 1945, Kolonel Soedirman ditetapkan secara resmi sebagai Panglima Besar TKR dan pangkatnya dinaikkan menjadi Jenderal, sedangkan seniornya, Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf dengan pangkat Letnan Jenderal.
Pada Desember 1948, setelah kabinet Republik Indonesia ditangkap dalam Agresi Militer Belanda II, Sudirman yang sedang dalam keadaan sakit, memimpin pasukan Republik dalam perjuangan gerilya melawan Belanda di pedesaan Jawa. Soedirman wafat pada 9 Januari 1950.
Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.