NASA mengumumkan bahwa Juli 2023 berpotensi menjadi bulan terpanas dalam catatan sejarah Bumi. Pertemuan yang melibatkan para ahli iklim membahas krisis iklim global dan dampaknya. Artikel ini merinci perubahan iklim yang mengkhawatirkan dan upaya NASA dalam mengatasi masalah tersebut.
Cekricek.id - Gavin Schmidt, direktur Institut Goddard NASA untuk Studi Luar Angkasa, mengumumkan bahwa bulan Juli berpotensi menjadi bulan terpanas dalam ratusan bahkan ribuan tahun terakhir. Pertemuan di markas besar NASA di Washington yang melibatkan para pakar iklim dan pemimpin lainnya, termasuk administrator NASA Bill Nelson dan kepala ilmuwan serta penasihat iklim senior Kate Calvin, membahas krisis iklim yang sedang berlangsung.
Musim panas ini telah menyaksikan gelombang panas yang terus membakar petak-petak selatan AS. New England dilanda banjir mematikan, dan asap dari kebakaran hutan Kanada telah menutupi kota-kota AS.
Selain itu, wilayah di seluruh bagian selatan dan barat AS mencatatkan rekor suhu tertinggi, dengan puluhan juta orang ditempatkan di bawah peringatan panas.
Gavin Schmidt menyatakan bahwa perubahan iklim yang terjadi saat ini bukanlah kejutan bagi para ilmuwan. Penelitian menunjukkan bahwa suhu Bumi telah mengalami peningkatan setiap dekade selama empat dekade terakhir.
NASA Catat Rekor Suhu Tertinggi di Juni
Berdasarkan analisis suhu global NASA, Bumi mencatatkan bulan Juni terpanas dalam catatan sejarah. Gavin Schmidt memprediksi bahwa 2023 berpotensi menjadi tahun terpanas dalam catatan.
Meskipun peluangnya 50% menurut perhitungan NASA, beberapa model memperkirakan peluang mencapai 80%.
Para ilmuwan juga mengantisipasi bahwa tahun 2024 akan lebih panas dibandingkan tahun 2023, karena pola cuaca El Nino yang cenderung meningkatkan suhu global diperkirakan akan mencapai puncaknya menjelang akhir tahun ini.
Perubahan Iklim Terkait dengan Emisi Gas Rumah Kaca
Para ahli yang hadir dalam pertemuan itu menyoroti keterkaitan langsung antara perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca.
Mereka menegaskan bahwa aktivitas manusia, terutama emisi dari bahan bakar fosil, berperan besar dalam menyebabkan pemanasan global yang terjadi saat ini.
Kate Calvin menyatakan bahwa perubahan iklim ini telah berdampak pada manusia dan ekosistem di seluruh dunia.
Para pemimpin badan NASA mendukung berbagai inisiatif yang berfokus pada iklim sebagai upaya untuk mengurangi krisis iklim dan mempersiapkan dampaknya.
NASA dan Upaya Penelitian Iklim
NASA bukan hanya badan antariksa dan penelitian penerbangan, tetapi juga merupakan badan iklim yang berkomitmen untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Mereka merancang Pusat Informasi Bumi, yang akan menyediakan data iklim dari 25 satelit NASA secara real-time.
Selain itu, NASA juga meluncurkan proyek-proyek yang melacak perubahan lingkungan, termasuk polusi udara, emisi metana, siklon tropis, dan angin topan.
Mereka juga berfokus pada penelitian bentuk perjalanan udara rendah karbon untuk mengurangi polusi yang menghangatkan planet.
Dukungan dan Tantangan di Masa Depan
Meskipun NASA berusaha menghadapi masalah perubahan iklim dengan berbagai inisiatif penelitian, beberapa anggota parlemen sayap kanan mencoba membatasi pendanaan untuk proyek-proyek terkait iklim, termasuk beberapa proyek NASA.
Baca juga: Gelombang Panas Makin Ekstrem di Italia, Suhu Mencapai 41,8 C, Rumah Sakit Kelabakan
Namun, direktur Divisi Ilmu Bumi NASA, Karen St. Germain, menegaskan bahwa tujuan utama NASA adalah menyebarkan informasi ilmiah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang krisis iklim dan mempersiapkan dampaknya.