Kenali lebih dekat Umar Wirahadikusumah, Wakil Presiden RI ke-4, yang berdedikasi tinggi untuk Indonesia, mulai dari karier militernya hingga pengabdiannya di pemerintahan.
Siapa Umar Wirahadikusumah?
Dalam sejarah kepemimpinan Indonesia, nama Umar Wirahadikusumah mencuat sebagai sosok yang berdedikasi tinggi. Lahir di Situraja, Sumedang, Jawa Barat pada 10 Oktober 1924, beliau menorehkan jejak penting sebagai Wakil Presiden ke-4 Republik Indonesia (1983-1988) di era Presiden Soeharto.
Umar Wirahadikusumah dikenang bukan hanya karena jabatannya yang prestisius, tetapi juga karena etos kerjanya yang luar biasa. Sebagai pejabat, beliau lebih memilih untuk beraksi daripada sekadar berbicara.
Pendidikan militer yang dimulainya pada era penjajahan Jepang, melalui latihan pemuda Seinendojo di Tangerang (1943) dan latihan perwira Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor (1944), menjadi dasar kuat dalam karier militernya.
Tak berhenti di situ, beliau melanjutkan pendidikan di Chandra Muka (1951), SSK AD (1955), dan Sus Jenderal (1966). Keahliannya dalam strategi militer memainkan peran penting saat mendampingi Mayjen Soeharto dalam menumpas pemberontakan PKI.
Kepercayaan ini membawanya menjadi Panglima Komando Strategi Tjadangan Angkatan Darat (Pangkostrad) pada 1965, menggantikan posisi Mayjen Soeharto.
Tak lama, beliau diangkat menjadi Pangkolaga pada 1966 dan Wakil Panglima Angkatan Darat (Wapangad) antara 1967 hingga 1969. Puncak karier militernya tercapai saat beliau diangkat menjadi Kepala Staf AD dari Desember 1969 hingga April 1973.
Setelah berkarier di militer, Umar Wirahadikusumah tidak berhenti berkontribusi untuk Indonesia. Beliau menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Keuangan (BPK) selama satu dekade (1973-1983). Kemudian, beliau dipilih untuk mendampingi Presiden Soeharto sebagai Wakil Presiden RI pada periode 1983-1988.
Sayangnya, pada 21 Maret 2003, Indonesia kehilangan sosok ini di usia 79 tahun. Namun, penghargaan dan bintang jasa yang diterimanya menjadi bukti abadi dari pengabdiannya yang tak tergantikan.
Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.