Seorang istri tentu saja tak suka jika suaminya punya kebiasaan tidur lagi setelah subuh, bahkan tak pernah pergi salat berjamaah di masjid.
Cekricek.id - Salah seorang jemaah bertanya kepada buya Yahya dalam sebuah majelis taklim, dilansir dari kanal YouTube Al Bahjah TV. Pertanyaan itu diajukan dalam sebuah tulisan yang dibacakan oleh seorang moderator.
Jemaah yang bertanya ini ingin tahu bagaimana hukumnya jika seorang istri merasa kesal dan tidak ikhlas melihat suaminya sering tidur sehabis suhuh. Terlebih lagi jika suami itu juga tak pernah ikut salat berjamaah di masjid.
“Saya hamba Allah izin bertanya,” kata moderator dalam majelis tersebut. Dia membacakan selembar kertas yang ada di tangannya.
Moderator kemudian melanjutkan pertanyaan dari jemaah yang tak menyebutkan namanya itu.
“Berdosakah seorang istri yang tak ikhlas dengan suami karena suami membiasakan tidur ba’da subuh. Tidak pernah berjamaah ke masjid, tiap hari selalu banyak tidur berhari-hari.”
“Berdosakah istri kalau merasa nggak ikhlas Buya? Terima kasih, mohon penjelasannya” kata moderator mengakhiri pertanyaan dengan salam.
Buya Yahya yang mendengar itu seolah mengerti maksud dari pertanyaan itu. Dia sampai menafsirkan maksud dari perasaan si istri. Katanya, dibanding kata “tak ikhlas”, menggunakan kata “kesal” jauh lebih menggambarkan.
“Dia mau ngomong kesel aja pakai (kata) ‘gak ikhlas’, kesel gitu ya,” kata beliau yang memulai dengan nada bercanda. Kemudian buya Yahya mencoba untuk memberikan jawaban untuk pertanyaan tadi.
Jawaban Buya Yahya Terkait Rasa Kesal Istri Terhadap Kebiasaan Buruk Suaminya
Untuk menjawab pertanyaan tadi, buya Yahya memberikan pemahaman bahwa untuk membawa keluarga kepada kebaikan tidak didapat dengan instan.
Meski tidak secara gamblang menyebut dosa atau tidaknya, buya Yahya lebih menekankan pada cara si istri untuk mengajak suaminya pada kebaikan. Kata beliau, mungkin saja caranya yang salah sehingga suaminya tak kunjung berubah.
“Anda itu, di dalam meluruskan atau membawa keluarga kepada kebaikan, ada tahapan-tahapannya,” kata buya.
Beliau menjelaskan bahwa seorang suami itu juga manusia biasa, sehingga tak bisa langsung berubah menjadi orang yang baik.
“Suami bukan robot yang bisa diprogram, dia punya pikiran, punya hati, punya kebiasaan, dan punya harga diri sebagai seorang imam,” sambungnya.
Buya Yahya kemudian memberikan tips untuk memberikan pemahaman pada suami yang seperti itu. Kata beliau, istri tersebut tak boleh langsung memarahi suaminya, namun diingatkan dengan cara yang baik.
“Cara ngomong itu yang indah deh, jadi orang yang hebat itu membawa tanpa kekerasan,” kata buya dengan pembawaan yang tenang.
Kemudian, untuk tahapan selanjutnya, istri tersebut harus memahami mana yang halal dan haram, wajib dan tidak wajib.
“Perlahan, selagi suamimu tidak melakukan yang haram, jangan keras-keras sampai anda kesal atau tidak ikhlas,” lanjutnya.
Baca juga: Apa Hukum Mematok Mahar Mahal Pada Calon Suami Sebelum Menikah Dalam Islam? Ini Menurut UAS
Jika suami sudah melakukan satu saja kebaikan, atau ada penigkatan yang lebih baik, maka berilah pujian. Kata buya Yahya, hal itu berguna untuk meningkatkan motivasi si suami.