Cekricek.id - Trowulan, kota kuno yang terletak sekitar 12 kilometer di arah barat daya Mojokerto, Jawa Timur, menyimpan kisah kejayaan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Di balik reruntuhan bangunan dan artefak yang tersebar di wilayah ini, tersimpan bukti eksistensi Kerajaan Majapahit yang mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Rajasanagara pada abad ke-14.
Berdasarkan penelitian arkeologis yang dilakukan selama bertahun-tahun, Trowulan diyakini sebagai bekas pusat pemerintahan Majapahit. Hal ini diperkuat dengan temuan berbagai situs penting seperti fondasi bangunan, sistem kanal, petirtaan, candi, bekas keraton, dan gapura yang tersebar di area seluas 11 x 9 kilometer.
"Trowulan adalah saksi bisu kejayaan Majapahit yang tidak terbantahkan. Konsentrasi temuan arkeologis terbesar dari masa Majapahit berada di wilayah ini," jelas Dr. Agus Aris Munandar, pakar sejarah Majapahit dalam bukunya "Ibu Kota Majapahit: Masa Jaya dan Pencapaian" (2008).
Keberadaan Trowulan sebagai pusat Majapahit juga dikuatkan oleh catatan Ma-Huan, pelaut Tiongkok yang mengunjungi Jawa pada tahun 1413. Dalam catatannya, Ma-Huan menyebutkan bahwa pusat kerajaan dapat dicapai melalui jalur sungai dari Surabaya ke Canggu, kemudian dilanjutkan perjalanan ke arah barat daya selama satu setengah hari.
Tata Ruang Kota yang Mencerminkan Kejayaan
Penataan kota Trowulan pada masa Majapahit menunjukkan tingkat peradaban yang sangat maju. Berdasarkan analisis tata ruang, kota ini dibangun dengan konsep yang mengadopsi ajaran Triloka dalam kepercayaan Hindu-Buddha, yang membagi dunia dalam tiga tingkatan: Bhurloka, Bhuwarloka, dan Swarloka.
"Sistem penataan kota Majapahit di Trowulan tidak dibuat secara sembarangan. Setiap bangunan memiliki makna filosofis yang dalam dan mencerminkan sistem kepercayaan yang dianut," tutur Dr. Timbul Haryono dalam "Kerajaan Majapahit: Masa Sri Rajasanagara sampai Girindrawarddhana" (1997).
Di bagian utara kota terdapat pasar yang melambangkan Bhurloka - dunia manusia dengan segala keinginan duniawinya. Di tengah kota terdapat alun-alun yang disebut Wanguntur, melambangkan Bhuwarloka - tempat manusia yang telah melepaskan keterikatan duniawi. Sementara di selatan terdapat kompleks keraton yang melambangkan Swarloka - tempat bersemayamnya para dewa.
Bukti kemajuan arsitektur Majapahit juga terlihat dari sistem pengairan yang canggih. Kota ini dikelilingi jaringan kanal yang mengalir ke arah barat menuju Sungai Brantas. Sistem ini tidak hanya berfungsi untuk pengairan, tetapi juga mendukung aktivitas perdagangan melalui jalur air.
Era Keemasan di Bawah Rajasanagara
Kejayaan Majapahit mencapai puncaknya ketika Rajasanagara, yang juga dikenal sebagai Hayam Wuruk, memegang tampuk kekuasaan dari tahun 1350 hingga 1389. Periode ini ditandai dengan stabilitas politik yang tinggi dan ekspansi kekuasaan yang signifikan ke berbagai wilayah Nusantara.
"Di bawah kepemimpinan Rajasanagara, Majapahit tidak hanya menjadi kerajaan yang kuat secara militer, tetapi juga maju dalam berbagai aspek kehidupan," ungkap sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya "Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit" (1965).
Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada masa ini, ibukota Majapahit di Trowulan dihuni sekitar 200-300 keluarga. Kehidupan ekonomi sangat maju, ditandai dengan penggunaan mata uang tembaga Majapahit dan penerimaan mata uang asing dari berbagai dinasti Tiongkok dalam transaksi perdagangan.
Sistem Pemerintahan yang Maju
Rajasanagara dikenal sebagai pemimpin yang cakap dalam menata sistem pemerintahan. Hal ini terlihat dari dikeluarkannya Prasasti Trowulan pada tahun 1385 yang mengatur berbagai aspek administrasi kerajaan. Dalam prasasti tersebut, nama resmi Hayam Wuruk setelah dinobatkan menjadi raja adalah Sri Tiktawilwa Nagareswara Sri Rajasanagara Namarajabhiseka.
Struktur pemerintahan Majapahit menerapkan sistem birokrasi teritorial yang tersentralisasi. Raja sebagai pemegang otoritas tertinggi dibantu oleh Dewan Pahom Narendra dan berbagai pejabat tinggi, termasuk Patih Umangkubhumi yang mengatur administrasi pemerintahan.
Kemajuan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Majapahit pada masa Rajasanagara mencerminkan tingkat peradaban yang tinggi. Penduduk telah mengenakan pakaian yang rapi, dengan kaum laki-laki mengenakan keris bergagang emas sebagai simbol status sosial.
"Majapahit bukan hanya unggul dalam hal politik dan ekonomi, tetapi juga memiliki kehidupan sosial budaya yang sangat maju," jelas Dr. D.Y. Wahyudi dalam penelitiannya "Pusat Pendidikan Keagamaan Masa Majapahit" (2014).
Dalam bidang kesenian dan arsitektur, periode ini menghasilkan karya-karya monumental seperti relief pada candi-candi yang masih dapat disaksikan hingga kini. Para seniman Majapahit mampu menghasilkan arca-arca bermutu tinggi, seperti arca Hari Hara setinggi dua meter dari Simping dan arca Dewi Parwati dari Candi Ngrimbi.
Warisan Sastra yang Tak Ternilai
Salah satu pencapaian terpenting masa Rajasanagara adalah berkembangnya tradisi sastra. Kakawin Nagarakrtagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 menjadi sumber sejarah yang sangat berharga tentang struktur dan kehidupan kerajaan Majapahit.
Kekuatan Maritim yang Disegani
Majapahit di bawah Rajasanagara dikenal sebagai kekuatan maritim yang disegani di kawasan Asia Tenggara. Armada lautnya yang megah mampu mengendalikan jalur perdagangan strategis di Nusantara, membuat Majapahit menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan catatan musafir Ma-Huan, pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa menjadi tempat bertemunya pedagang dari Arab, India, Tiongkok, dan berbagai wilayah Asia Tenggara. Banyak di antara mereka yang kemudian menetap dan membentuk komunitas dagang di wilayah kekuasaan Majapahit.
"Kekuatan armada Majapahit tidak hanya berfungsi untuk kepentingan militer, tetapi juga mendukung jaringan perdagangan yang luas," ungkap Prof. M.D. Poesponegoro dalam "Sejarah Nasional Indonesia" (1990).
Hukum dan Tata Negara
Majapahit memiliki sistem hukum yang sangat maju untuk zamannya. Kitab Kutaramanawa yang berisi hukum pidana dan perdata menjadi pedoman dalam mengatur kehidupan bermasyarakat. Kitab ini mencakup berbagai aspek hukum mulai dari ketentuan denda, masalah pembunuhan, pencurian, hingga perkawinan dan warisan.
Yang menarik, hukum Majapahit juga telah mengenal konsep kesetaraan gender. Hal ini terlihat dari pasal-pasal yang mengatur hak-hak perempuan, termasuk dalam hal perkawinan dan perceraian. "Hukum Majapahit memberikan perlindungan yang cukup baik terhadap hak-hak perempuan, sesuatu yang terbilang maju untuk ukuran abad ke-14," jelas S.I. Pradhani dalam penelitiannya tentang sejarah hukum maritim Majapahit (2018).
Peninggalan Arkeologis yang Masih Tersisa
Hingga kini, Trowulan menyimpan berbagai peninggalan arkeologis yang menjadi bukti kejayaan Majapahit. Di antaranya:
- Candi Tikus, sebuah petirtaan dengan arsitektur yang mencerminkan konsep kosmologi Hindu-Buddha
- Gapura Bajang Ratu yang menjulang dengan ornamen yang rumit
- Koleksi arca dan relief di Museum Trowulan
- Sisa-sisa fondasi bangunan dan sistem kanal kuno
"Setiap artefak yang ditemukan di Trowulan memberi kita gambaran tentang tingginya peradaban Majapahit," jelas Dr. T.A.B.N.S. Kusuma dalam penelitiannya tentang evaluasi pengelolaan situs Majapahit (2021).
Akulturasi Budaya yang Harmonis
Majapahit di era Rajasanagara juga dikenal dengan keharmonisan dalam kehidupan beragama. Meskipun secara resmi menganut Hindu-Buddha, kerajaan ini memberikan ruang bagi berkembangnya berbagai kepercayaan. Hal ini tercermin dari peninggalan arsitektur yang memadukan unsur-unsur berbagai kepercayaan.
"Toleransi beragama di Majapahit terlihat dari keberadaan para pendeta Siwa-Buddha yang berdiskusi bersama di lingkungan keraton," tutur Prof. Agus Aris Munandar, mengutip keterangan dalam Nagarakrtagama.
Upacara Kebesaran sebagai Simbol Kejayaan
Setiap tahun, Majapahit mengadakan pertemuan besar bernama Paseban yang dihadiri seluruh pejabat kerajaan dan para penguasa daerah. Dalam acara ini, para pemimpin dari berbagai wilayah datang membawa upeti sebagai tanda pengakuan atas kedaulatan Majapahit.
Warisan bagi Generasi Masa Kini
Situs Trowulan saat ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional. Upaya pelestarian dan penelitian terus dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang kejayaan Majapahit.
"Trowulan bukan sekadar kumpulan bangunan kuno. Ia adalah bukti nyata bahwa bangsa kita pernah memiliki peradaban yang sangat maju di masa lalu," ungkap kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur.
Kesimpulan
Era Rajasanagara dalam sejarah Majapahit menandai periode keemasan yang ditandai dengan kemajuan di berbagai bidang. Dari sistem pemerintahan yang terstruktur, kehidupan ekonomi yang makmur, hingga pencapaian budaya yang tinggi, Majapahit telah membuktikan diri sebagai salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara.
Keberadaan Trowulan dengan berbagai peninggalannya menjadi pengingat akan kejayaan masa lalu sekaligus inspirasi bagi generasi sekarang. Situs ini tidak hanya menjadi objek penelitian sejarah, tetapi juga simbol kebanggaan nasional yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah memiliki peradaban tinggi sejak berabad-abad lalu.
*Tulisan ini disusun berdasarkan penelitian Iqra Pandu Wijaya dari UIN Imam Bonjol Padang, yang dipublikasikan dalam Jurnal Santhet pada edisi November 2023-April 2024, dengan tambahan dari berbagai sumber sejarah terpercaya lainnya.