Cekricek.id - Para ilmuwan dari Yale dan Duke University baru-baru ini mengungkapkan temuan yang mengkhawatirkan mengenai rokok non-mentol yang dipasarkan sebagai alternatif "segar" di daerah-daerah dimana rokok mentol tradisional dilarang. Mereka menemukan bahwa rokok tersebut mengandung bahan kimia sintetis yang meniru efek pendinginan khas mentol.
Penelitian yang dipublikasikan pada 9 Oktober di Journal of the American Medical Association ini menunjukkan bahwa aditif sintetis ini dapat mengurangi efektivitas kebijakan yang akan datang, termasuk larangan rokok mentol yang direncanakan oleh U.S.
Food and Drug Administration (FDA). Larangan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah perokok baru dan meminimalkan dampak buruk konsumsi tembakau terhadap kesehatan.
Banyak kota dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat, seperti Massachusetts dan California, telah membatasi penjualan produk tembakau beraroma, termasuk rokok mentol. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa rokok non-mentol yang baru diperkenalkan mengandung agen perasa sintetis bernama WS-3, yang memberikan sensasi pendinginan serupa atau bahkan lebih kuat dari mentol, tanpa aroma atau rasa mint.
Julie Zimmerman, salah satu penulis studi dan profesor di Yale School of Public Health, menyatakan bahwa penggantian mentol dengan agen pendinginan lain yang tidak memiliki bau khas dapat menggagalkan larangan mentol yang ada dan yang diusulkan.
Ini menjadi perhatian serius karena tujuan dari larangan tersebut adalah untuk mengurangi jumlah perokok dan dampak buruk tembakau terhadap kesehatan.
Rokok beraroma, seperti rokok mentol, cenderung mengurangi efek keras dari tembakau, membuatnya populer di kalangan remaja dan perokok pemula.
Secara historis, rokok mentol juga dipasarkan secara agresif kepada orang Afrika-Amerika, dengan hingga 90% perokok Afrika-Amerika memilih rokok mentol. Penggunaan tembakau jangka panjang dapat menyebabkan kecanduan nikotin, masalah pernapasan serius, kanker, dan berbagai kondisi kesehatan buruk lainnya, bahkan kematian.
Ketika larangan rokok mentol diberlakukan di California pada Desember 2022, perusahaan tembakau besar seperti RJ Reynolds dan ITG memperkenalkan merek rokok non-mentol sebagai pengganti mentol, dengan kemasan dan strategi pemasaran yang sangat mirip dengan produk mentol mereka.
Penelitian ini, yang dipimpin oleh Hanno Erythropel dari Yale dan Sairam Jabba dari Duke University, menggabungkan bioassay dengan analisis kimia untuk menentukan apakah rokok non-mentol yang dibeli di California dan Massachusetts mengandung bahan kimia yang mengaktifkan reseptor dingin/mentol seperti halnya mentol.
Hasil analisis menunjukkan bahwa WS-3 terdeteksi di empat dari sembilan produk yang saat ini dipasarkan, dan semua produk tersebut diproduksi oleh RJ Reynolds. Analisis juga menemukan bahan perasa vanila dan tropis dalam kapsul perasa di filter rokok non-mentol.
Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius dan menunjukkan perlunya FDA AS mengembangkan strategi untuk mengatasi agen pendinginan tanpa bau yang dapat menghindari regulasi rasa produk tembakau.
Beberapa negara lain, seperti Kanada dan Belgia, telah mulai mengatasi masalah ini dengan membuat daftar bahan yang diizinkan dan membatasi aktivitas pendinginan dalam produk tembakau.
Penelitian ini menyoroti pentingnya kolaborasi lintas disiplin ilmu dalam menghasilkan penelitian yang relevan dan berdampak, seperti yang diungkapkan oleh Paul Anastas, profesor di Yale School of the Environment dan salah satu penulis studi.
