Badai topan yang melanda daratan seringkali meninggalkan jejak kerusakan yang terlihat. Namun, apa yang terjadi di bawah permukaan laut seringkali terlupakan. Artikel ini menjelaskan dampak badai topan terhadap kehidupan laut di sekitar Florida.
Cekricek.id - Ketika badai topan kuat menghantam daratan, kerusakan yang ditimbulkannya mudah dilihat. Namun, apa yang terjadi di bawah permukaan laut, di mana badai mengaduk-aduk air dan mengganggu sedimen, seringkali kurang mendapat perhatian.
Florida, negara bagian Amerika Serikat yang seringkali menjadi titik pendaratan badai, menjadi rumah bagi berbagai kehidupan laut. Mulai dari terumbu karang di Florida Keys hingga rawa-rawa dan padang lamun di dekat panhandle. Setiap spesies di wilayah ini bereaksi berbeda terhadap badai.
Dilansir Business Insider, Melissa May, seorang profesor asisten biologi laut di Universitas Florida Gulf Coast, mengatakan bahwa tidak semua badai memiliki efek yang sama.
Meski badai bisa meninggalkan beberapa lingkungan laut tanpa gangguan, dampak setelah badai seringkali lebih mematikan, mulai dari perubahan salinitas hingga peningkatan sedimen dan bakteri.
Dalam setahun biasa, sekitar 10 badai topan terbentuk di cekungan Atlantik. Kekuatan badai bisa menciptakan gelombang setinggi 60 kaki yang mengaduk-aduk air dingin dari kedalaman dengan air hangat di permukaan. Arusnya bisa mengganggu sedimen hingga kedalaman 300 kaki.
Banyak mamalia laut dan ikan mampu berpindah ke perairan yang lebih dalam dan tenang. Sebagai contoh, peneliti mengamati gerakan hiu blacktip selama badai tropis pada tahun 2001 dan menemukan bahwa mereka meninggalkan area sebelum badai tiba dan kembali setelah lima hingga 13 hari.
Ilmuwan berhipotesis bahwa perubahan tekanan barometrik dan suhu air memberi tahu ikan bahwa badai sedang mendekat. Sebuah penelitian pada tahun 2019 menemukan bahwa gelombang yang meningkat di permukaan mengindikasikan kepada ikan triggerfish abu-abu untuk berpindah ke perairan yang lebih dalam.
Namun, jika lumba-lumba dan mamalia laut lainnya tidak bisa menghindari jalur badai, mereka bisa terjebak di kolam, bendungan, dan habitat air tawar lainnya di mana mereka tidak bisa bertahan hidup.
Badai juga bisa mematikan bagi ikan. Setelah Badai Andrew pada tahun 1992, diperkirakan 9,4 juta ikan mati. Sedimen mungkin telah menyumbat insang mereka atau perubahan tekanan mungkin telah membentuk gelembung gas nitrogen mematikan di darah mereka.
Badai juga mempengaruhi kehidupan laut yang tidak bergerak atau bergerak lambat. Valerie Paul, kepala ilmuwan di Smithsonian Marine Station, mengatakan bahwa setelah badai, "padang lamun dan terumbu tiram tertimbun oleh sedimen yang berpindah."
Setelah badai mereda, sampah dan limbah bisa tertinggal di perairan selama berbulan-bulan. "Ada banyak sampah setelah Badai Ian di estuari kami," kata May. Banyak mobil dan perahu yang bocor bahan kimia ke dalam Teluk Estero.
Perubahan iklim mungkin tidak meningkatkan jumlah badai, tetapi bisa membuatnya lebih intens, dengan gelombang badai yang lebih tinggi dan banjir yang lebih banyak, keduanya merupakan berita buruk bagi kehidupan laut.
