Batu Bata Kuno 2.900 Tahun Ungkap DNA Tumbuhan Kuno: Jendela ke Keanekaragaman Hayati Masa Lalu

Batu Bata Kuno 2.900 Tahun Ungkap DNA Tumbuhan Kuno: Jendela ke Keanekaragaman Hayati Masa Lalu

Ilustrasi. [Canva]

Penelitian terbaru mengungkap DNA tumbuhan kuno dari batu bata berusia 2.900 tahun, memberikan wawasan berharga tentang keanekaragaman hayati di masa lalu dan potensi metode ini untuk penelitian arkeologi di masa depan.

Cekricek.id - Selama proyek digitalisasi di Museum pada tahun 2020, tim peneliti berhasil mengambil sampel dari inti dalam batu bata. Hal ini menjamin risiko kontaminasi DNA sangat rendah sejak pembuatan batu bata tersebut.

Dengan mengadaptasi protokol yang sebelumnya digunakan untuk bahan berpori lainnya seperti tulang, tim berhasil mengekstrak DNA dari sampel tersebut.

Setelah DNA diekstraksi dan disekuens, tim menemukan 34 kelompok taksonomi tumbuhan yang berbeda. Keluarga tumbuhan dengan sekuens terbanyak adalah Brassicaceae (kubis) dan Ericaceae (heather). Keluarga lain yang teridentifikasi termasuk Betulaceae (betula), Lauraceae (laurel), Selineae (umbellifiers), dan Triticeae (rumput budidaya).

Dengan kolaborasi antar-disiplin ilmu yang melibatkan ahli asyriologi, arkeologi, biologi, dan genetika, mereka membandingkan temuan mereka dengan catatan botani modern dari Irak serta deskripsi tumbuhan Assyria kuno.

Batu bata tersebut terbuat dari lumpur yang diambil dekat sungai Tigris, dicampur dengan bahan seperti sekam atau jerami, atau kotoran hewan.

Batu bata dibentuk dalam cetakan, diukir dengan skrip cuneiform, dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Fakta bahwa batu bata tidak dibakar, namun dikeringkan secara alami, membantu melestarikan materi genetik yang terperangkap di dalam tanah liat.

Dr. Sophie Lund Rasmussen, salah satu penulis utama makalah tersebut, menyatakan dalam laporan, "Kami sangat senang menemukan bahwa DNA kuno, yang efektif dilindungi dari kontaminasi di dalam gumpalan tanah liat, dapat berhasil diekstrak dari batu bata tanah liat berusia 2.900 tahun. Proyek penelitian ini adalah contoh sempurna tentang pentingnya kolaborasi lintas disiplin ilmu dalam sains."

Selain wawasan menarik yang diungkapkan oleh batu bata ini, penelitian ini juga menunjukkan konsep dan metode yang bisa diterapkan pada sumber tanah liat arkeologi lainnya dari berbagai tempat dan periode waktu di seluruh dunia. Bahan tanah liat hampir selalu ada di setiap situs arkeologi, dan konteksnya memungkinkan untuk diberi tanggal dengan presisi tinggi.

Studi ini hanya mendeskripsikan DNA tumbuhan yang diekstraksi. Namun, tergantung pada sampel, semua taksa bisa diidentifikasi, termasuk vertebrata dan invertebrata.

Kemampuan untuk memberikan deskripsi akurat tentang keanekaragaman hayati kuno akan menjadi alat berharga untuk memahami dan mengukur kehilangan keanekaragaman hayati saat ini.

"Karena adanya inskripsi pada batu bata, kita dapat menentukan tanah liat ke periode waktu yang relatif spesifik di suatu wilayah. Ini berarti batu bata berfungsi sebagai kapsul waktu keanekaragaman hayati mengenai satu situs dan sekitarnya," kata Dr. Troels Arbøll, salah satu penulis utama makalah tersebut.

Baca Juga

Rahasia di Balik Kode Gambar Kuno di Kuil Asiria Akhirnya Terkuak
Rahasia di Balik Kode Gambar Kuno di Kuil Asiria Akhirnya Terkuak
Potret Mini Alexander Agung Berusia 1.800 Tahun Ditemukan di Denmark
Potret Mini Alexander Agung Berusia 1.800 Tahun Ditemukan di Denmark
Penelitian Terbaru Mengungkap Kemungkinan Tujuan Lain Penelitian Terbaru Mengungkap Kemungkinan Tujuan Lain Stonehenge
Penelitian Terbaru Mengungkap Kemungkinan Tujuan Lain Stonehenge
Penemuan Menakjubkan! Reruntuhan Romawi Abad ke-3 di Atas Mata Air Suci Neolitikum
Penemuan Menakjubkan! Reruntuhan Romawi Abad ke-3 di Atas Mata Air Suci Neolitikum
Penemuan Perkemahan Prasejarah Berusia 8.200 Tahun Menggemparkan Pangkalan Udara AS di New Mexico
Penemuan Perkemahan Prasejarah Berusia 8.200 Tahun Menggemparkan Pangkalan Udara AS di New Mexico
Seorang Petani di Peru Menemukan Gua Makam Alien: Ada Mumi Berkepala Lonjong dan Cuma Punya 3
Seorang Petani di Peru Menemukan Gua Makam Alien: Ada Mumi Berkepala Lonjong dan Cuma Punya 3