Berita selebriti dan gosip artis: cerita Najwa Shihab, jadi korban rasis ketika shalat di perpustakaan saat pertukaran pelajar.
Cekricek.id - Najwa Shihab dikenal sebagai salah seorang mantan pembawa acara berita di salah satu stasiun televisi. Namanya disandingkan dan disebut-sebut sebagai salah seorang wanita dengan tingkat kecerdasan tinggi.
Apalagi Najwa Shihab diketahui juga pernah menjadi seorang peserta pertukaran pelajar di Amerika Serikat selama 1 tahun lamanya. Akan tetapi ada pengalaman tak menyenangkan yang sempat dirasakan oleh Najwa Shihab ketika menjalani hal tersebut.
Baca juga: Kenang Masa SMA, Najwa Shihab Ternyata Banyak Disukai Pria
Dirinya saat itu merasakan sebagai seorang minoritas di antara penganut agama Katolik. Pengalaman langka ini juga sempat membuat dirinya merasa cukup berkecil hati.
Ketika di Amerika Najwa Shihab saat itu tinggal bersama ibu angkatnya yang juga merupakan pemeluk agama Katolik. Walau demikian keluarga angkatnya ini dikatakannya begitu baik dan seringkali menemani dirinya untuk berpuasa di bulan ramadan.
Untuk menunaikan salat Idul Fitri saja, ibu angkatnya tersebut bahkan menyatakan dirinya ke sebuah masjid yang cukup jauh dari rumahnya. Dengan semua pengalaman yang pernah ia alami ini tentu menjadikan Najwa Shihab Sebagai pribadi yang jauh lebih matang.
Akan tetapi dirinya juga pernah mengalami sebuah peristiwa kurang menyenangkan terkait dengan rasisme. Dalam ceritanya Najwa Shihab menyampaikan jika peristiwa tersebut terjadi saat putri dari Quraish Shihab ini telah melakukan ibadah salat.
Karena tidak adanya masjid terdekat, Najwa Shihab kemudian memutuskan untuk melaksanakan salat di sebuah perpustakaan. Akan tetapi justru ada sejumlah orang yang mengeluarkan kalimat rasis kepadanya.
“Sebagai seorang muslim, kamu sudah pernah membunuh berapa orang?,” bunyi pertanyaan yang didapat Najwa Shihab, mengutip dari Islami.com, Rabu (24/03/2021).
Akan tetapi dirinya memilih untuk tidak terlalu menanggapi hal tersebut. Apalagi kita tidak bisa mengontrol apa yang orang lain pikirkan. Maka dari itu Najwa Shihab menekankan butuhnya toleransi yang tinggi antar perbedaan yang beragam.
“Toleransi, sebuah kata yang seperti lalat, terdengar dengungnya, tapi tak selalu kita lihat wujudnya. Toleransi harus dialami dan diwujudkan tak sebatas diajarkan atau disosialisasikan. Salah satunya lewat pengalaman hidup menjadi minoritas,” tuturnya.
Namun pengalaman kurang menyenangkan tersebut kini dijadikan sebagai sebuah pelajaran yang cukup berharga. [*/Nlm]