Penelitian terbaru menunjukkan bahwa vaping dapat mempengaruhi ukuran testis dan jumlah sperma. Apa dampak jangka panjangnya bagi kesehatan reproduksi pria?
Cekricek.id - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa vaping, atau penggunaan e-cigarette, mungkin memiliki dampak signifikan pada kesehatan reproduksi pria. Para ilmuwan tergerak untuk meneliti dampak vaping terhadap ukuran testis dan jumlah sperma pada tikus.
Mengapa tikus? Karena tikus dan manusia memiliki kesamaan dalam hal anatomi, fisiologi, dan genetika. Oleh karena itu, apa yang terjadi pada tikus dalam eksperimen ini dapat memberikan gambaran tentang apa yang mungkin terjadi pada manusia yang menggunakan e-cigarette.
Menurut jurnal medis Spanyol, Revista Internacional de Andrología, hasil penelitian ini cukup menarik. Sebelum eksperimen dimulai, para peneliti mencatat ukuran testis dan jumlah sperma tikus. Rata-rata, setiap tikus memiliki sekitar 98,5 juta sperma per mililiter.
Selama penelitian, tikus-tikus tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terpapar asap rokok merek Winston, kelompok kedua terpapar uap e-cigarette, sementara kelompok ketiga tidak terpapar apa pun dan berfungsi sebagai kelompok kontrol.
Dengan menggunakan "toples khusus", tikus-tikus tersebut diberi asap atau uap dua kali sehari selama satu jam setiap sesinya. Hasilnya? Jumlah sperma tikus yang terpapar uap e-cigarette turun menjadi sekitar 95,1 juta, sementara yang terpapar asap rokok tradisional turun menjadi 89 juta.
Lebih lanjut, tikus yang terpapar asap rokok memiliki testis yang paling kecil dibandingkan dengan kelompok e-cigarette dan kontrol. Bahkan, dalam kasus yang paling parah, beberapa tikus menunjukkan tanda-tanda seperti penghentian pemisahan sel germ, pembentukan rongga, nekrosis, fibrosis, dan atrofi.
Para peneliti menyimpulkan bahwa hasil studi ini menunjukkan perubahan dalam histopatologi testis, spermiogram, dan parameter stres oksidatif pada tikus yang terpapar asap rokok dan e-cigarette. Meskipun cairan e-cigarette diperkenalkan sebagai alternatif yang aman dari rokok, ternyata dapat meningkatkan stres oksidatif dan menyebabkan perubahan morfologi pada testis.
Namun, penelitian ini tentu memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah fakta bahwa penelitian dilakukan pada tikus. Oleh karena itu, lebih banyak penelitian diperlukan, terutama pada manusia, untuk memastikan kesesuaian data.
Penelitian ini memberikan kesempatan menarik untuk meningkatkan pemahaman kita tentang dampak merokok dan e-cigarette terhadap sistem reproduksi pria. Namun, penting untuk diingat bahwa hasil dari penelitian ini harus dilihat sebagai langkah awal dalam memahami dampak jangka panjang vaping pada kesehatan reproduksi.
Dalam berita kesehatan lainnya, WHO mengingatkan bahwa gonore super resisten sedang meningkat dan bisa berakibat fatal. Panduan baru mengenai infeksi menular seksual menekankan pentingnya meningkatkan akses untuk layanan pengujian dan diagnostik yang lebih baik.