India Hentikan Ekspor Beras Putih Non-Basmati untuk Kendalikan Inflasi, Ancaman Krisis Pangan Global Meningkat

India Hentikan Ekspor Beras Putih Non-Basmati untuk Kendalikan Inflasi, Ancaman Krisis Pangan Global Meningkat

Ilustrasi. [Canva]

India, sebagai eksportir beras terbesar di dunia, melarang ekspor beras putih non-basmati untuk menekan inflasi domestik. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran akan kenaikan harga pangan global.

Cekricek.id, India - Eksportir beras terbesar di dunia, India, telah mengumumkan larangan mendadak terhadap ekspor beras putih non-basmati. Langkah ini diambil untuk meredam inflasi domestik yang dipicu oleh kerusakan panen akibat hujan lebat. Keputusan ini menambah kekhawatiran akan lonjakan harga pangan global.

Sebelumnya, pemerintah India telah memperkenalkan bea 20% pada ekspor internasional pada September lalu. Namun, langkah tersebut gagal meredam permintaan asing yang meningkat tajam akibat kondisi iklim ekstrem yang mempengaruhi produksi di berbagai negara.

Permintaan juga meningkat seiring dengan gangguan pasokan gandum yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Dilansir The Guardian, India menyumbang lebih dari 40% dari total pengiriman beras global. Meski larangan ini tidak berlaku untuk beras basmati - varietas terbaik India - beras putih non-basmati tetap mencakup sekitar 25% dari total ekspor.

Penjualan beras India ke pasar internasional melonjak 35% dalam setahun hingga Juni, yang berkontribusi pada kenaikan harga domestik sebesar 3% hanya dalam sebulan terakhir.

Menurut Kementerian Urusan Konsumen, Makanan dan Distribusi Publik India, masyarakat India kini membayar 11,5% lebih mahal untuk beras dibandingkan tahun lalu.

Pemerintah India berharap larangan baru yang diperkenalkan pada Kamis malam ini akan "menjamin ketersediaan beras putih non-basmati di pasar India" dan "mengarah pada penurunan harga bagi konsumen di negara ini".

Inflasi pangan yang melonjak telah memberikan tekanan pada pemerintah BJP di Delhi menjelang pemilihan nasional tahun depan dan pemilihan tingkat negara bagian dalam beberapa bulan mendatang.

Pasokan pangan global telah terganggu oleh perang Rusia di Ukraina, yang telah mendorong kenaikan harga komoditas dan gandum di seluruh dunia.

Kekhawatiran baru muncul bahwa krisis pangan global bisa terjadi setelah Rusia minggu ini mundur dari kesepakatan yang difasilitasi PBB setahun lalu yang memungkinkan Ukraina mengekspor gandum melalui Laut Hitam.

AS telah berjanji untuk menyediakan tambahan $250 juta (£194 juta) untuk menciptakan dan memperluas rute lain bagi gandum Ukraina untuk meninggalkan negara tersebut.

Namun, Kementerian Pertahanan Rusia telah menyatakan bahwa setiap kapal yang meninggalkan pelabuhan Ukraina akan menjadi target militer yang sah, menimbulkan kekhawatiran bahwa pasokan bisa mengalami gangguan lebih lanjut.

Baca Juga

Profil Livia Voigt, Miliarder Termuda di Dunia Berusia 19 Tahun dengan Kekayaan Rp17 Triliun
Livia Voigt, Miliarder Termuda di Dunia Berusia 19 Tahun dengan Kekayaan Rp17 Triliun
Adegan Tak Senonoh di Siaran Langsung Pertandingan Bola Voli Taiwan Picu Kemarahan Netizen
Adegan Tak Senonoh di Siaran Langsung Pertandingan Bola Voli Taiwan Picu Kemarahan Netizen
Gigitan Tikus Toilet Berujung Infeksi Parah, Pria Kanada Ini Hampir Meregang Nyawa
Gigitan Tikus Toilet Berujung Infeksi Parah, Pria Kanada Ini Hampir Meregang Nyawa
Benda Misterius Jatuh dari Langit, Hantam Rumah Warga Florida
Benda Misterius Jatuh dari Langit, Hantam Rumah Warga Florida
Remaja Vietnam Tewas Akibat Flu Burung H5N1, Waspada Penularan
Remaja Vietnam Tewas Akibat Flu Burung H5N1, Waspada Penularan
Pemburu Harta Karun Inggris Temukan Bongkahan Emas Terbesar
Pemburu Harta Karun Inggris Temukan Bongkahan Emas Terbesar