Cekricek.id - Dalam dunia yang semakin sibuk, tidur berkualitas menjadi semakin sulit dicapai. Namun, sebuah penelitian terbaru dari Channing Division of Network Medicine di Brigham and Women’s Hospital menekankan pentingnya tidur yang nyenyak untuk menjaga kesehatan yang optimal.
Dalam era modern ini, banyak individu yang seringkali mengabaikan pentingnya tidur berkualitas. Namun, sebuah penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa wanita yang sering mengalami kesulitan tidur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah Hypertension.
Shahab Haghayegh, Ph.D., seorang peneliti dari Brigham dan Harvard Medical School, menjelaskan bahwa orang yang mengalami gejala insomnia sebaiknya segera melakukan skrining untuk hipertensi.
Pasalnya, hipertensi dapat memicu berbagai komplikasi kesehatan lainnya. Semakin cepat seseorang teridentifikasi memiliki tekanan darah tinggi dan mendapatkan pengobatan, semakin baik pula kesempatan mereka untuk mencegah masalah kesehatan di masa depan.
Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention, lebih dari 35% orang dewasa di Amerika Serikat tidak mendapatkan tidur yang cukup setiap malam. Sementara itu, American Academy of Sleep Medicine mencatat bahwa sekitar 30% penduduk Amerika mengalami gejala insomnia. Lebih mengejutkan lagi, hampir 45% orang dewasa di Amerika hidup dengan tekanan darah tinggi.
Dalam penelitian ini, Haghayegh dan timnya mengamati 66,122 partisipan berusia 25 hingga 42 tahun selama enam belas tahun, dari 2001 hingga 2017. Semua partisipan ini tidak memiliki hipertensi saat penelitian dimulai. Selama periode penelitian, tim mengumpulkan berbagai informasi, termasuk durasi tidur, kesulitan tidur, dan lainnya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa wanita dengan kesulitan tidur cenderung memiliki Indeks Massa Tubuh (BMI) yang lebih tinggi, aktivitas fisik yang lebih rendah, dan pola makan yang kurang baik. Selain itu, mereka yang sering mengalami kesulitan tidur lebih cenderung merokok dan mengonsumsi alkohol.
Dari total 25,987 kasus hipertensi yang didokumentasikan selama periode penelitian, wanita yang tidur kurang dari tujuh hingga delapan jam setiap malam memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan hipertensi. Hal ini juga berlaku untuk wanita yang kesulitan untuk tertidur atau terjaga di tengah malam.
Meskipun hubungan pasti antara kualitas tidur dan risiko hipertensi masih belum diketahui dengan pasti, Haghayegh berpendapat bahwa gangguan tidur dapat memicu serangkaian peristiwa yang meningkatkan retensi natrium, kekakuan arteri, dan output jantung, yang semuanya dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Haghayegh menekankan bahwa temuan ini tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat. Namun, ia berharap temuan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tidur berkualitas. "Saya berharap temuan ini dapat menegaskan kembali pentingnya tidur berkualitas bagi kesejahteraan kita," ujar Haghayegh.