Cekricek.id - Dalam kehidupan poligami bukanlah hal baru dan tabu di dalam kehidupan. Perilaku ini sudah mengakar dan menjadi tradisi para penguasa.
Mereka mengumpulkan para perempuan di dalam harem yang dijaga para kasim yang telah dibuang buah zakarnya. Tujuannya, melindungi kemurnian keturunan raja.
Praktik hareem ini dikenal juga di Tiongkok. Konon, harem bukan semata-mata urusan birahi. Bagi perempuan masa lalu, menjadi penghuni harem merupakan kehormatan besar. Bagi kaisar, ini sangat penting untuk memastikan kelangsungan dinastinya.
Para selir itu diharapkan dapat melahirkan anak laki-laki. Mereka akan ditempatkan pada hougong (harem) yang berarti istana belakang.
Istilah ini merujuk pada tempat tinggal permaisuri, selir, hamba perempuan, dan orang-orang kasim.
Baca juga: 3 Selir Raja yang Mampu Mengubah Sejarah Dunia
Hierarki Penghuni Harem
Pada dasarnya ada tiga tingkatan perempuan penghuni harem. Hierarki ini memang bisa berubah seiring pergantian kekuasaan. Tapi garis besarnya permaisuri, selir resmi (consort), dan selir biasa.Permaisuri (Huanghou) atau istri resmi kaisar berada di puncak hierarki. Mereka merupakan perempuan yang paling dihormati dan dipuja di seluruh kerajaan. Saking agungnya, mereka dijuluki “ibu dunia”.
Di atas permaisuri ada kaisar dan ibu suri. Perintah ketiga pentolan ini adalah hal wajib. Siapa pun yang menolak berarti menyerahkan nyawa.
Selain permaisuri ada juga empress dowager. Gelar ini dimiliki mereka yang merupakan janda kaisar. Yang paling terkenal dari mereka adalah Cixi dari Dinasti Qing dan Wu Zetian dari Dinasti Tang. Nama terakhir bahkan menjadi kaisar perempuan pertama di Tiongkok.
Di bawah permaisuri ada para consort atau selir resmi. Jumlah dan tingkatan mereka berbeda-beda karena ditentukan dinasti yang berkuasa.
Selama Dinasti Qing, misalnya, harem kekaisaran memiliki satu Imperial Noble Consort (Huang Guifei), dua Noble Consort (Guifei), dan empat Consort (Fei).
Nggak cuma itu, para kasim yang melayani para perempuan kepunyaan raja ini juga menjadi bagian nggak terpisahkan dari harem.
Menurut Ritus Zhou, seorang kaisar bisa mempunyai hingga 9 selir tinggi, 27 selir menengah, dan 81 selir peringkat rendah. Namun, selama Dinasti Han (206 SM - 220 M) berkuasa, nggak ada batas berapa selir yang bisa dimiliki kaisar.
Selama pemerintahan Kaisar Huan dan Kaisar Ling dari Dinasti Han, dikabarkan ada lebih dari 20.000 perempuan yang tinggal di Kota Terlarang. Untuk memastikan setiap anak yang lahir di harem adalah darah daging raja, laki-laki dilarang memasuki tempat ini. Hanya para kasim yang telah dikebiri yang diizinkan.
Kasim bertugas melayani keluarga raja termasuk menjadi pembantu di harem. Kasim boleh saja hanya hamba biasa, tapi ia berpeluang besar mendapat posisi penting dan kekayaan. Karena itu, banyak yang tergiur dengan memasukkan keluarga mereka menjadi kasim. Konon, para kasim telah disiapkan sejak masih kecil.
Selama Dinasti Ming (1368-1644), dikabarkan paling nggak ada 100.000 kasim yang melayani kaisar dan haremnya.
Persaingan Sengit Para Selir
Pada periode Dinasti Ming (1368-1644 Masehi), ada sistem resmi yang diterapkan untuk memilih para selir yang akan menghuni harem. Pemilihan selir dilakukan setiap tiga tahun sekali di Kota Terlarang.Para kandidat ini harus berusia 14 sampai 16 tahun. Mereka dipilih berdasarkan latar belakangnya, kebajikan, perilaku, karakter, penampilan, dan kondisi tubuh (tentunya). Hidup mewah di dalam harem nggak membuat para selir ini merasa cukup.
Nggak bisa ditampik bahwa mereka memasuki harem dengan berbagai kepentingan. Karena itu persaingan sangat sengit. Bukan cuma berebut perhatian kaisar, mereka umumnya mengincar posisi permaisuri. Jika bisa melahirkan anak laki-laki akan dianggap bonus terbesar.
Selebihnya, mirip seperti di film atau drama, para selir ini berkomplot dengan kasimnya untuk menyingkirkan lawan. Intrik seperti ini sangat sering terjadi dalam sejarah Tiongkok. Kisah yang terkenal adalah Wu Zetian, selir Kaisar Gaozong.
Konon, Wu Zetian tega membunuh putrinya yang baru lahir dan menjadikan Permaisuri Wang sebagai kambing hitam. Karena begitu meyakinkan, gelar permaisuri Wang dicabut. Setelah menduduki jabatan ratu, ia bahkan membunuh selir Wang. Nggak cukup dengan membunuh, ia bahkan memutilasi mayat Wang dan dimasukkan ke dalam tong anggur.
Eits, para sejarawan memang menggambarkan Wu dengan sangat bengis, kejam, dan nakal. Tapi siapa tahu itu karena disebarluaskan oleh pesaingnya. Hm, kalau saja ada mesin waktu ya, Millens. Bisa langsung ketahuan sejarah yang sebenarnya.