Baju Takwa, sebuah konsep yang terinspirasi dari ayat Al-Qur'an, melambangkan sifat-sifat ketaqawaan dalam busana. Artikel ini menjelaskan makna, asal usul, dan perubahan baju takwa serta perbandingannya dengan baju koko dalam perkembangannya di Indonesia.
Cekricek.id - Baju Takwa, sebagai terjemahan dari 'libasut taqwa' dalam Al-Qur'an, mengandung makna simbolis dari busana yang menutupi aurat serta mencerminkan ketaqawaan. Dalam pembentukan konsep baju takwa di masyarakat Indonesia, terdapat dua pandangan berbeda mengenai 'libasut taqwa'.
Ada yang memaknainya sebagai hakikat atau makna sebenarnya, sementara yang lain mengartikulasikannya sebagai majas dengan beragam makna seperti amal saleh, jalan hidup yang lurus, sikap takut kepada Allah, atau rasa malu.
Pengaruh keterangan para mufassir tersebut membentuk konsep baju takwa sebagai pakaian yang mencerminkan sifat-sifat ketaqawaan. Secara fisik, baju takwa ditandai dengan penutupan aurat dan mempengaruhi pemakainya untuk berada pada jalan yang lurus, beramal saleh, dan memiliki rasa malu yang tinggi.
Ulil Hadrawi dalam Ensiklopedi Islam Nusantara menyebutkan, Raden Mas Said Sunan Kalijaga, seorang wali penyebar Islam di Nusantara, berhasil mengartikulasikan konsep 'libasut taqwa' secara fisik dengan merancang baju takwa.
Dasar baju takwa didasarkan pada baju surjan, pakaian khas lelaki Jawa, yang dimodifikasi dengan ciri-ciri berlengan panjang dengan kedua ujung lengan terbuka, kerah berdiri dan longgar, serta umumnya berwarna putih. Baju takwa mencitrakan keislaman dengan nilai-nilai kejawaan yang sarat dengan amal saleh.
Awalnya, baju takwa atau dikenal sebagai 'kelambi jawan' digunakan khusus untuk melaksanakan shalat dan kegiatan-kegiatan ibadah lainnya, seperti membaca al-Qur'an dan menghadiri pengajian. Lambat laun, konsep baju takwa berkembang menjadi baju Muslim yang melingkupi pakaian bagi pria dan wanita yang menutup aurat sesuai ajaran syariat.
Namun, perkembangan baju takwa tidak terlepas dari persinggungan dengan berbagai kebudayaan di Indonesia. Seringkali, baju takwa dianggap mirip dengan baju koko.
Meskipun secara fisik baju takwa dan baju koko memiliki kesamaan desain, mereka memiliki asal usul yang berbeda. Baju koko merupakan adaptasi masyarakat Betawi dari baju tikim, busana khas masyarakat Tionghoa.
Dalam perkembangannya, baju koko mengalami perubahan pesat, termasuk dalam model lengan dan pola bordir dengan berbagai jenis batik yang mengidentifikasi budaya Nusantara. Baju koko kini telah menjadi busana multi fungsi yang dapat digunakan untuk ibadah, acara formal, atau pakaian santai.
Dengan demikian, baju takwa sebagai konsep pakaian yang mencerminkan sifat-sifat ketaqawaan telah mengalami perjalanan panjang dan beragam adaptasi dalam budaya Nusantara. Meskipun memiliki persamaan desain dengan baju koko, keduanya memiliki asal usul dan nilai makna yang berbeda.