Cekricek.id - Sebuah studi terbaru mengenai perubahan iklim Greenland telah mengungkap fenomena mengkhawatirkan: glasier di wilayah ini mengalami peleburan dua kali lebih cepat di abad 21 dibandingkan abad sebelumnya.
Temuan ini, yang melibatkan peneliti dari University at Buffalo (UB), menyoroti urgensi tindakan mitigasi perubahan iklim untuk meminimalisir dampaknya terhadap kenaikan permukaan laut.
Greenland, yang memiliki ribuan glasier periferal, kini berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Penelitian yang dipimpin oleh Northwestern University dan University of Copenhagen ini memanfaatkan kombinasi citra satelit dan foto udara historis untuk menelusuri perubahan garis pantai Greenland.
Hasilnya, penelitian ini mengungkap bahwa tingkat peleburan glacial di Greenland di abad 21 ini dua kali lebih cepat daripada abad 20.
Profesor geologi UB, Jason Briner, yang turut serta dalam penelitian ini, menyatakan bahwa fenomena ini menambah dokumentasi tentang respons cepat glasier Arktik terhadap kenaikan suhu akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia.
"Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena air leleh dari glasier ini berkontribusi pada kenaikan permukaan laut global," ujar Briner.
Foto udara historis terbukti menjadi kunci dalam memahami sejarah glasier. Sebelum era satelit pengamatan Bumi pada 1970-an, pemahaman mengenai pengaruh perubahan suhu terhadap glasier Greenland masih terbatas. Namun, terjadi terobosan sekitar 15 tahun lalu ketika foto udara lama dari pantai Greenland ditemukan kembali di sebuah kastil di luar Copenhagen.
Laura Larocca, penulis utama studi dan Postdoctoral Fellow di National Oceanic and Atmospheric Administration, menceritakan bagaimana pada 1930-an, pilot Denmark dalam pakaian berbulu beruang kutub mengadakan kampanye pemetaan udara di Greenland, mengumpulkan lebih dari 200.000 foto.
Foto-foto ini tidak hanya menggambarkan pesisir Greenland, tetapi juga secara tidak sengaja mendokumentasikan kondisi glasier periferal Greenland.
Anders Bjørk, penulis senior studi dari University of Copenhagen, memulai konstruksi sejarah glasier berdasarkan foto-foto ini. Dalam studi sebelumnya, Bjørk dan rekan-rekannya menganalisis foto untuk mempelajari 361 glasier di Greenland.
Dalam studi terbaru ini, tim yang dipimpin Northwestern menambahkan catatan untuk 821 glasier lagi di selatan, utara, dan barat Greenland, serta memperluas catatan Bjørk hingga masa kini.
Penelitian ini melibatkan digitalisasi ribuan foto udara kertas dari pesawat kokpit terbuka dan pengumpulan citra dari berbagai satelit. Tim peneliti juga menghilangkan distorsi terain dan menggunakan teknik georeferensi untuk menempatkan foto di lokasi yang benar di Bumi.
Dengan menggunakan citra akhir abad ke-20 sebagai baseline, tim menghitung persentase panjang yang hilang dari glasier selama 20 tahun terakhir. Mereka menemukan bahwa, rata-rata, glasier di selatan Greenland kehilangan 18% panjangnya, sementara glasier di wilayah lain kehilangan antara 5-10% panjangnya selama 20 tahun terakhir.
Satu-satunya kemungkinan pengecualian adalah glasier di timur laut Greenland, di mana peningkatan curah salju mungkin memperlambat peleburannya.
Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Bumi Menghadapi Kondisi Atmosfer Mirip 14 Juta Tahun Silam
Glasier periferal ini hanya mewakili 4% dari total area yang tertutup es di Greenland, namun berkontribusi sebesar 14% terhadap kehilangan es saat ini di pulau tersebut. "Glasier ini, yang ukurannya relatif lebih kecil, menjadi indikator dini — mereka bereaksi sangat cepat terhadap pemanasan Arktik," kata Briner. "Sebagian besar proyeksi kenaikan permukaan laut di masa depan menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kontrol. Tindakan cepat dapat menstabilkan suhu dan perubahan permukaan laut setelah beberapa perubahan yang telah terjadi."