Lambertus Nicodemus Palar

Lambertus Nicodemus Palar adalah Pahlawan Nasional, Duta Besar Indonesia di India, Jerman Timur, Uni Soviet, Kanada, dan Amerika Serikat, dan Perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Lambertus Nicodemus Palar. [Foto: Istimewa]

Siapa Lambertus Nicodemus Palar?

Lambertus Nicodemus Palar adalah Pahlawan Nasional, Duta Besar Indonesia di India, Jerman Timur, Uni Soviet, Kanada, dan Amerika Serikat, dan Perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Lambertus Nicodemus Palar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 8 November 2013.

Ia Lahir di Rurukan, Tomohon 5 Juni 1900 dan meninggal di Jakarta, 13 Februari 1981. Palar masuk sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Tondano. Kemudian ia melanjutkan sekolah di Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta, dan tinggal bersama Sam Ratulangi.

Ia sempat menjadi anggota organisasi pemuda nasionalis Jong Minahasa. Setelah lulus AMS tahun 1922, Palar meneruskan ke jenjang pendidikan tingginya di Technische Hoogeschool te Bandoeng namun tidak selesai karena sakit parah.

Ia pernah bekerja di Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Pada 1924, Palar memulai kembali kuliahnya di Rechtshoogeschool te Batavia (Fakultas Hukum UI). Di sana ia bergabung dengan paham sosialis-demokrat melalui seorang anggota Volksraad yaitu J. E. Stokvis, Ketua Indische Sociaal-Democratische Partij (ISDP-Partai Sosialis-Demokrat Hindia).

Pada 1928, Palar pindah ke Belanda. Pada 1930, Palar menjadi anggota Sociaal-Democratische Arbeiders Partij (SDAP) setelah SDAP melaksanakan Kongres. Palar menjabat sebagai sekretaris Komisi Kolonial SDAP dan Nederlands Verbond van Vakverenigingen (NVV) mulai Oktober 1933.

Dia juga adalah direktur Pers bureau Indonesia (Persindo) yang ditugaskan untuk mengirim artikel-artikel tentang sosial demokrasi dari Belanda ke pers di Hindia Belanda. Pada 1938, Palar kembali ke Indonesia.

Pada saat pendudukan Jerman di Belanda, Palar tidak bisa bekerja untuk SDAP, dia bekerja di laboratorium Van der Waals. Dia juga bekerja sebagai guru bahasa Melayu dan sebagai gitaris orkestra keroncong. Setelah perang, Palar terpilih untuk masuk Tweede Kamer mewakili Partij van de Arbeid (PvdA), sebuah partai baru yang bermula dari SDAP.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Palar mendukung pernyataan ini dan mempromosikan hubungan dengan pemimpin-pemimpin Indonesia.

Di Belanda, Palar berusaha untuk mendesak penyelesaian konflik antara Belanda dan Indonesia tanpa kekerasan, tetapi pada tanggal 20 Juli 1947 dewan perwakilan memilih untuk memulai Agresi Militer di Indonesia. Palar kemudian mengundurkan diri dari dewan perwakilan dan partai PvdA keesokan harinya.

Palar bergabung dengan usaha pengakuan internasional kemerdekaan Indonesia dengan menjadi Wakil Indonesia di PBB 1947-1953.

Pada saat konflik antara Belanda dan Indonesia, Palar memperdebatkan posisi kedaulatan Indonesia di PBB dan di Dewan Keamanan walaupun pada saat itu dia hanya mendapat gelar "peninjau" di PBB karena Indonesia belum menjadi anggota pada saat itu.

Setelah Agresi Militer II yang dikecam oleh Dewan Keamanan PBB, Perjanjian Roem Royen disetujui yang kemudian diikuti dengan Konferensi Meja Bundar dan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.

Pada saat berpidato di Sidang Umum PBB sebagai Perwakilan Indonesia di PBB paling pertama, Palar berterima kasih kepada para pendukung Indonesia dan berjanji Indonesia akan melaksanakan kewajibannya sebagai anggota PBB.

Palar tetap di PBB sampai saat dia ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia di India. Pada 1955, Palar diminta kembali ke Indonesia dan ikut serta dalam persiapan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika.

Setelah pelaksanaan konferensi, Palar memulai kembali tugas diplomatisnya melalui jabatan Duta Besar Indonesia untuk Jerman Timur dan Uni Soviet. Pada 1957-1962, dia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kanada dan setelah itu kembali menjadi Duta Besar di PBB sampai tahun 1965.

Palar kemudian menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat karena Indonesia mengundurkan diri dari keanggotaan PBB.

Palar pensiun dari tugas diplomatisnya pada 1968. Palar kembali ke Jakarta, tetapi tetap giat melalui tugas mengajar, pekerjaan sosial, dan tugasnya sebagai penasihat Perwakilan Indonesia di PBB.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Kisah Pengorbanan Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Kisah Pengorbanan, Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Lukisan Menakjubkan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Lukisan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang