Cekricek.id - Para ilmuwan akhirnya berhasil mengungkap kisah evolusi yang rumit dari pohon baobab (Adansonia) atau dikenal sebagai "pohon terbalik". Dalam sebuah penelitian terbaru yang dimuat dalam Jurnal Nature, mengungkap bahwa nenek moyang delapan spesies baobab yang ada saat ini kemungkinan besar berasal dari Pulau Madagaskar sekitar 41,1 juta tahun yang lalu.
Analisis genom komprehensif yang dilakukan para peneliti terhadap kedelapan spesies baobab, dikombinasikan dengan data distribusi saat ini serta kondisi iklim dan geologi masa lalu, mengungkap bahwa baobab pertama muncul sekitar 21 juta tahun yang lalu.
Diversifikasi atau pemisahan menjadi spesies yang berbeda kemudian terjadi antara 20,6 juta hingga 12,6 juta tahun lalu, sebagian didorong oleh fenomena evolusi retikulat atau hibridisasi.
"Pengangkatan gunung dan aktivitas vulkanisme pada masa itu turut berperan dalam menciptakan relung habitat baru dengan iklim dan kondisi tanah yang unik, sehingga mempercepat pemisahan baobab menjadi spesies yang berbeda," jelas Prof. Rowan Schley, salah satu penulis utama penelitian dari Universitas Oxford.
Meski sudah diketahui asal mula baobab, bagaimana pohon raksasa ini mencapai benua Afrika dan Australia masih menjadi teka-teki. Para peneliti menduga buah baobab mungkin terbawa arus laut, atau bahkan diangkut oleh manusia dalam kasus baobab di Australia.
Baobab terkenal dengan penampilannya yang khas, yaitu kanopi jarang menyerupai struktur akar pohon terbalik, sehingga dijuluki "pohon terbalik".
Sayangnya, pohon purba ini kini menghadapi ancaman kepunahan akibat kekeringan dan gangguan aktivitas manusia. Tiga dari delapan spesies baobab bahkan sudah masuk daftar terancam punah atau sangat terancam punah.
"Dua spesies baobab terancam punah, A. suarezensis dan A. grandidieri, merupakan hasil dari perkawinan sangat dekat sehingga menimbulkan komplikasi lanjutan bagi kelangsungan hidup mereka," ungkap Prof. Schley. "Aktivitas gunung berapi dan kenaikan permukaan laut di Madagaskar dalam 1 juta tahun terakhir juga diduga telah mengikis habitat pilihan mereka."
Selain itu, beberapa spesies baobab eksisting juga diperkirakan sedang bersaing memperebutkan habitat. Misalnya, A. za dan A. madagascariensis yang lebih adaptif terhadap berbagai habitat, berpotensi menggeser spesies terancam dengan kebutuhan habitat yang lebih spesifik.
Baca juga: Pulau Terpencil Socotra, Tempat Alien Serta Tumbuhan dan Hewan Aneh
Dengan temuan terbaru ini, para peneliti berharap upaya konservasi dan pengelolaan habitat yang lebih baik dapat dilakukan untuk melindungi keberadaan pohon baobab yang sudah bertahan selama puluhan juta tahun. "Baobab adalah salah satu peninggalan hidup dari era purba yang sangat menakjubkan. Kita harus berupaya keras untuk mempertahankan khazanah alam langka ini," pungkas Prof. Schley.