Cekricek.id - Melakukan aktivitas fisik secara rutin sangat baik untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan, termasuk untuk kesehatan jantung. Namun demikian, bila aktivitas fisik dilakukan secara berlebihan dan tak terkendali, justru berpotensi menimbulkan kerugian bagi jantung.
Demikian dikatakan Dr. John Doe, direktur kardiologi olahraga di Kampus Medis Universitas Colorado Anschutz, Amerika Serikat, seperti dikutip dari kolomnya di theconversation.
Menurutnya, aktivitas fisik seperti olahraga ekstrem yang berlebihan dan terus-menerus dapat meningkatkan risiko terkena sejumlah kondisi yang berdampak negatif bagi kesehatan jantung.
“American Heart Association umumnya merekomendasikan 150 menit olahraga dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, atau 75 menit olahraga dengan intensitas kuat, seperti lari, setiap minggunya. Ia juga merekomendasikan latihan penguatan otot setidaknya dua kali seminggu,” papar John.
Melampaui rekomendasi tersebut, lanjutnya, maka jantung akan semakin berubah bentuk sebagai responsnya. Perubahan ini dikenal dengan istilah jantung atletik.
Jantung atletik ini umumnya terjadi pada atlet ketahanan yang sering berkompetisi dalam aktivitas berdurasi panjang seperti lomba maraton. Mereka biasanya berolahraga hingga beberapa jam per hari.
“Di antara pelari, misalnya, jantungnya mengalami perubahan bentuk sebagai respons terhadap keharusan memompa darah dalam jumlah besar. Akibatnya, bilik jantung membesar untuk menampung dan memompa lebih banyak darah,” urai John.
Meski bermanfaat, jantung atletik berpotensi meningkatkan risiko terkena beberapa masalah kesehatan jantung tertentu seperti fibrilasi atrium dan kalsifikasi arteri koroner (CAC).
“Untungnya, tampaknya atlet tidak mempunyai peningkatan risiko serangan jantung, bahkan di antara mereka yang memiliki tingkat CAC yang sangat tinggi,” papar John.
John menegaskan bahwa meski demikian, rutin berolahraga sepanjang masa dewasa tetap mendorong jantung tetap kuat dan fleksibel meski di usia tua.
Baca juga: Olahraga 1-2 Hari Seminggu Efektif Menurunkan Berat Badan
“Bahkan jika seseorang baru mulai berolahraga secara teratur pada usia 40 hingga 50an, beberapa efek penuaan yang tidak banyak bergerak masih dapat dibalik,” tuturnya.
Dalam kesimpulannya, John menegaskan bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai aktivitas fisik. Namun demikian tetap menjaga batasan-batasan tertentu sangat dibutuhkan untuk mencegah paparan negatif dari aktivitas fisik yang berlebihan.
Baca Berita Riau Hari Ini setiap hari di Channel Cekricek.id.