Cekricek.id - Sebuah penelitian terbaru menemukan ada kelainan otot pada penderita Long COVID. Diperkirakan sekitar 3% penduduk Inggris mengalami long COVID, sebuah kondisi di mana gejala COVID-19 berlanjut dan bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Long COVID mencakup berbagai masalah kesehatan, termasuk kelelahan ekstrem, sesak napas, nyeri otot, dan kehilangan penciuman. Sebuah studi yang melibatkan 25 orang dengan long COVID dan 21 orang tanpa kondisi tersebut mengungkapkan adanya perubahan pada struktur otot penderita Long COVID.
Peneliti melakukan analisis pada biopsi otot dan sampel plasma darah sebelum dan sesudah tes bersepeda terkontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang menderita COVID jangka panjang menunjukkan kekuatan otot yang lebih lemah dan penyerapan oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan peserta yang sehat, meskipun melakukan upaya yang sama.
Penelitian ini juga memperkuat temuan sebelumnya yang menunjukkan penurunan kapasitas olahraga pada penderita Long COVID.
Para peneliti menemukan bahwa proporsi serat otot glikolitik yang bergerak cepat lebih tinggi pada penderita Long COVID. Serat otot ini memiliki mitokondria yang lebih sedikit, menyebabkan kelelahan lebih cepat setelah aktivitas fisik.
Tes lebih lanjut pada mitokondria menunjukkan penurunan fungsi mitokondria pada penderita Long COVID selama tes bersepeda. Disfungsi mitokondria juga terkait dengan fenomena "gumpalan mikro" yang ditemukan lebih banyak pada otot penderita Long COVID.
Meskipun tidak ditemukan bukti bahwa gumpalan ini menyumbat kapiler, penelitian mendukung dugaan bahwa gumpalan mikro dapat menyebabkan kerusakan mitokondria.
Selain itu, penelitian ini mengungkapkan peningkatan jumlah makrofag dan sel T, sel kekebalan yang membantu perbaikan jaringan, pada jaringan otot penderita Long COVID. Hal ini mengindikasikan adanya respons kekebalan lokal terhadap kerusakan jaringan.
Dalam laporan penelitiannya, Dr. Andi Susanto, ahli patologi yang terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan, "Mitokondria yang tidak berfungsi dapat mempengaruhi produksi energi yang dibutuhkan sel otot. Ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa penderita Long COVID mengalami gejala yang lebih buruk setelah berolahraga."
Temuan ini memberikan wawasan baru dalam pemahaman tentang Long COVID dan membuka pintu untuk strategi rehabilitasi yang lebih efektif. Beberapa senyawa, seperti koenzim Q10, yang telah terbukti mempengaruhi fungsi mitokondria positif, mungkin menjadi pilihan dalam mengatasi gejala jangka panjang ini.
Prof. Maria Dewi, seorang ahli rehabilitasi, menekankan perlunya pendekatan hati-hati dalam merancang program rehabilitasi bagi penderita Long COVID. "Temuan ini memperkuat ide bahwa upaya berlebihan dapat memicu kerusakan mitokondria dan memperburuk kondisi pasien. Strategi rehabilitasi harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu," ujarnya.
Baca juga: Penelitian Ungkap COVID-19 Bertahan di Paru-Paru hingga 18 Bulan
Penelitian ini memberikan dasar yang lebih kuat untuk mengembangkan terapi yang dapat ditargetkan pada mitokondria sebagai bagian dari upaya menyusun strategi rehabilitasi yang efektif bagi penderita Long COVID. Temuan-temuan ini diharapkan dapat membantu para profesional kesehatan dalam memberikan perawatan yang lebih baik dan lebih terarah kepada mereka yang masih mengalami dampak jangka panjang dari COVID-19.
Dapatkan update Berita Riau Hari Ini setiap hari dari Cekricek.id. Ikuti kami melalui Google News. Klik tautan untuk terhubung.