Cekricek.id - Dalam sebuah penelitian terbaru, ditemukan bahwa individu yang tinggal di daerah dengan lebih banyak ruang terbuka hijau cenderung memiliki usia biologis yang lebih muda. Kajian ini, yang dilakukan oleh tim peneliti dari North Carolina State University dan University of Edinburgh, membuka pandangan baru tentang bagaimana alam memengaruhi kesehatan kita pada tingkat yang paling fundamental.
Penelitian yang diterbitkan di Science of the Total Environment ini, melibatkan 7,827 responden. Hasilnya ini menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di daerah dengan banyak taman, kebun, pohon, dan vegetasi lainnya memiliki telomere yang lebih panjang.
Telomere adalah bagian dari urutan DNA yang terkait dengan panjang umur, berfungsi seperti ujung plastik pada tali sepatu yang mencegah DNA kita terurai.
"Hasil ini konsisten tanpa memandang ras, status ekonomi, maupun kebiasaan seperti merokok atau minum alkohol," jelas Aaron Hipp, ekolog sosial dari North Carolina State University.
Menurut Scott Ogletree, analis geospasial dari University of Edinburgh, telomere adalah penanda penting usia biologis yang menunjukkan seberapa 'terkikis' sel-sel kita.
Faktor-faktor seperti stres dikenal mempercepat kerusakan telomere. Namun, ruang hijau terbukti mengurangi stres dalam berbagai cara.
Tumbuhan tidak hanya melindungi kita dari lingkungan sekitar, tapi juga mendinginkan suhu selama gelombang panas, mengurangi polusi udara dan kebisingan, serta mendorong aktivitas fisik dan interaksi sosial.
Di sisi lain, ketika tim mempertimbangkan faktor risiko seperti polusi udara, manfaat ruang hijau ini tidak lagi terlihat. Studi ini juga menyoroti dampak ketidakadilan rasial dalam mengakses ruang hijau.
Peserta kulit putih non-Hispanik cenderung tinggal di daerah yang lebih hijau, yang umumnya memiliki keragaman ras/etnis yang lebih rendah.
Menariknya, dampak ini tidak begitu jelas ketika hanya mempertimbangkan perempuan, menunjukkan bahwa risiko penyakit tambahan atau stres sosial mungkin berperan lebih besar dalam panjang telomere mereka.
Penelitian ini menggarisbawahi nilai penting ruang hijau bagi komunitas, namun menekankan bahwa hal tersebut tidak cukup untuk mengatasi rasisme sistemik dan tantangan keadilan lingkungan serta segregasi ekonomi.
"Menciptakan ruang hijau di komunitas penting, tetapi lebih krusial untuk menangani bahaya lingkungan, khususnya yang terkait dengan rasisme sistemik," ujar Hipp.
Baca juga: Obat Hipertensi Populer Dapat Memperlambat Penuaan dan Meningkatkan Usia di Hewan
Meskipun demikian, kita semua dapat menemukan cara untuk terhubung kembali dengan alam, meskipun lingkungan kita kekurangan ruang hijau. Ini dapat dilakukan dengan menghargai keberadaan serangga di sekitar rumah atau memulai kebun di balkon.