Penelitian Menemukan Puasa Intermiten Berisiko Kematian Akibat Penyakit Kardiovaskular 90% Lebih Tinggi

Penelitian Menemukan Puasa Intermiten Berisiko Kematian Akibat Penyakit Kardiovaskular 90% Lebih Tinggi

Ilustrasi. [Foto: Canva]

Cekricek.id - Puasa intermiten, tren diet populer yang membatasi waktu makan dalam sehari, ternyata dikaitkan dengan risiko kematian kardiovaskular yang lebih tinggi. Sebuah studi baru yang dipresentasikan dalam Sesi Ilmiah Gaya Hidup EPI American Heart Association (AHA) 2024 pada 18 Maret lalu mengungkapkan bahwa membatasi waktu makan dalam jangka waktu delapan jam atau kurang per hari memiliki risiko kematian terkait jantung 91% lebih tinggi dibandingkan dengan makan dalam jangka waktu 12 hingga 16 jam.

Studi pendahuluan ini mengamati kematian akibat penyakit kardiovaskular pada lebih dari 20.000 orang dewasa Amerika Serikat selama rata-rata delapan tahun. Dari jumlah tersebut, 414 peserta melaporkan makan dalam jangka waktu delapan jam atau kurang setiap harinya.

Meskipun penelitian ini tidak dapat memastikan apakah jadwal makan singkat tersebut menyebabkan kematian secara langsung, namun temuan ini cukup mengejutkan bagi para peneliti.

"Kami terkejut menemukan bahwa dibandingkan dengan orang-orang yang durasi makannya 12-16 jam… mereka yang membatasi waktu makannya dalam 8 jam per hari memiliki risiko kematian kardiovaskular yang lebih tinggi dan tidak hidup lebih lama," ujar Victor Wenze Zhong, penulis utama studi dari Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong.

Risiko kematian kardiovaskular yang lebih tinggi juga ditemukan pada peserta dengan kanker atau penyakit jantung yang makan dalam jangka waktu delapan jam atau kurang.

Bahkan, peserta dengan penyakit kardiovaskular yang makan dalam jangka waktu delapan hingga 10 jam memiliki risiko 66% lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit jantung atau stroke dibandingkan dengan mereka yang memiliki jangka waktu makan lebih lama.

Para ahli menyoroti perlunya kehati-hatian dalam menerapkan puasa intermiten, terutama bagi orang-orang dengan penyakit jantung atau kanker.

Wendy Bennett, profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, mengatakan bahwa penelitian ini menunjukkan perlunya meneliti lebih lanjut tentang "dorongan diet iseng bahwa orang harus melakukan makan dengan waktu terbatas."

Christopher Gardner, profesor kedokteran di Universitas Stanford, juga menambahkan bahwa masih banyak hal yang belum diketahui dalam penelitian ini.

"Sangat mungkin untuk mengonsumsi makanan berkualitas rendah sambil membatasi waktu makan," ujarnya dilansir livescience.

Selain itu, beberapa peserta dengan waktu makan terbatas mungkin menghadapi kerawanan pangan dan tidak makan dengan baik atau cukup.

Cynthia Bulik, seorang profesor psikiatri yang mempelajari gangguan makan di Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina, juga menyoroti konsekuensi negatif lain dari puasa intermiten. Misalnya, puasa intermiten dapat memengaruhi hubungan keluarga dan sosial seseorang ketika jadwal makannya tidak sesuai dengan jadwal makan orang yang dicintainya.

Selain itu, bagi individu yang secara genetis memiliki kecenderungan terhadap beberapa kelainan makan, periode puasa yang berkepanjangan dapat memicu timbulnya kelainan makan.

Baca juga: Manfaat Puasa Intermiten untuk Kesehatan Otak dan Usus

Meskipun penelitian ini memiliki keterbatasan seperti pelaporan mandiri pola makan dan hanya dua survei pola makan yang digunakan, temuan ini menggarisbawahi pentingnya kehati-hatian dalam menerapkan puasa intermiten, terutama bagi mereka dengan kondisi kesehatan tertentu.

Para peneliti menyerukan perlunya eksplorasi lebih lanjut tentang bagaimana puasa intermiten dapat memengaruhi kesehatan jantung dan menilai populasi tambahan di seluruh dunia.

Baca Juga

Mengungkap Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Otak
Mengungkap Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Otak
Penelitian Mengungkap Manfaat Kombucha Seperti Efek Puasa
Penelitian Mengungkap Manfaat Kombucha Seperti Efek Puasa
Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia Berhasil Dilakukan, Harapan dan Kontroversi
Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia Berhasil Dilakukan, Harapan dan Kontroversi
Peneliti Mengungkap Penyebab Kematian Saat Bercinta
Peneliti Mengungkap Penyebab Kematian Saat Bercinta
Bahaya Mencuci Saluran Hidung dengan Air Keran yang Tidak Steril
Bahaya Mencuci Saluran Hidung dengan Air Keran yang Tidak Steril
Penelitian Mengungkap Hidup dalam Kemiskinan Percepat Penuaan Otak
Penelitian Mengungkap Hidup dalam Kemiskinan Percepat Penuaan Otak