Cekricek.id - Lupa adalah sifat dasar kita sebagai seorang manusia. Ada kalanya kita terlupa mengucap rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Begitu teringat, kita cenderung memanjatkan rasa syukur tersebut dalam kondisi yang sudah terlambat. Namun, apakah rasa syukur tersebut masih diterima?
Salah seorang jemaah dalam suatu majelis bertanya kepada Buya Yahya. Mereka menanyakan hal yang serupa, tentang rasa syukur yang terlambat, mengucapkan niat yang terlambat hingga rasa ikhlas yang terlambat.
Dalam pemaparannya, Buya Yahya memberikan sebuah contoh tentang seorang yang suka ria. Namun kemudian dia ingin bertobat dan ingin bersikap ikhlas.
Kata Buya, hal yang harus dilakukan adalah dengan bertobat dan menyesali perbuatannya yang salah.
“Bertobat itu ada caranya. Caranya adalah sekarang menyesali bahwasanya dulu ‘saya’ tidak ikhlas. Dan tanda penyesalan seorang hamba kalau dulu pernah tidak ikhlas adalah kerinduan untuk berbuat baik yang serupa,” jelas beliau.
Buya Yahya kemudian memberikan contoh lainnya tentang penyesalan dari seorang yang ria. Jika sebelumnya dia pernah beramal hanya untuk pamer, kemudian dia menyesali ketidak ikhlasan tersebut. Maka, di lain waktu dia akan mencoba untuk melakukan perbuatan amal yang serupa namun dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT.
Jika Rasa Syukur yang Terlambat Diucapkan?
Buya Yahya kemudian melanjutkan penjelasannya mengenai pertanyaan dari seorang jemaah tadi. Contoh kasus yang diberikannya tadi, rupanya berkaitan erat dengan pertanyaan tersebut.
Satu hal yang paling penting dan harus dilakukan ketika kita terlambat mengucap syukur adalah memiliki rasa sesal. Orang itu harus menyesali tindakannya yang salah sebagai bentuk tobat dan memohon ampun kepada Allah SWT.
“Misalnya, aku diberi Allah nikmat mobil, tapi saya kurang bersyukur nih. Mobil saya digunakan untuk maksiat dan sebagainya, saya baru sadar sekarang. Maka selesaikan hari ini (saat sudah timbul penyesalan),” kata Buya.
Beliau melanjutkan, sebagai bentuk penyesalan maka orang tersebut akan berusaha membalas tindakan yang sebelumnya salah dengan perbuatan yang lebih baik.
Seperti contoh mobil tadi, ketika si pemilik mobil yang semula tidak bersyukur lalu kemudian tersadar dan menyesal. Maka, di saat penyesalan itulah dia memohon ampun dan menebus kesalahannya.
Jika sebelumnya mobil itu tak digunakan pada kebaikan, maka dia bisa menebus dengan melakukan kebaikan lewat mobilnya tadi. Misalnya, dengan membawa rombongan ibu-ibu atau bapak-bapak pengajian dengan mobil miliknya.
Maksudnya adalah jika kita benar-benar menyesal karena sudah tidak bersyukur pada nikmat Allah SWT, maka kita akan bertobat dan berusaha mengubah sikap ke arah yang lebih baik.
Baca juga: Jatuh Cinta karena Pelet, Emang Bisa?
Lain halnya dengan orang yang mengaku menyesal tapi tak menunjukkan perubahan pada dirinya menjadi lebih baik. Kata Buya, penyesalan yang benar-benar datang dari hati maka akan dapat menggerakkan anggota tubuh untuk melakukan apa yang sesuai dengan yang ada dihatinya.