Suwiryo

Suwiryo adalah Wali Kota pertama Jakarta yang dilantik pada 17 Februari 1950. Pria kelahiran Wonogiri, 17 Februari 1903 ini pernah belajar di Recht Hooge School Batavia.

Suwiryo. [Foto: Istimewa]

Siapa Suwiryo?

Suwiryo adalah Wali Kota pertama Jakarta yang dilantik pada 17 Februari 1950. Pria kelahiran Wonogiri, 17 Februari 1903 ini pernah belajar di Recht Hooge School Batavia.

Ia memulai kariernya di Centraal Kantoor voor de Statistiek. Setelah itu, pekerjaannya selalu berubah-ubah. Pekerjaan sebagai guru sekolah hingga pemimpin majalah pernah ia geluti.

Di masa muda, Suwiryo dikenal sebagai sosok yang giat dan aktif dalam berorganisasi. Organisasi yang ia ikuti di antaranya, yaitu perhimpunan pemuda Jong Java¸ Putera, dan Jawa Hokokai.

Setelah proklamasi dikumandangkan, Suwiryo menjadi sosok penting dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Namanya juga tercatat sebagai salah satu pihak yang tertangkap saat Agresi Militer I Belanda.

Suwiryo yang merupakan politikus PNI juga dikenang sebagai wakil perdana menteri dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno