Cekricek.id - Memasuki era baru dalam pengobatan genetik, terapi CRISPR pertama di dunia, yang dikenal dengan nama Exa-cel atau Casgevy, telah mendapatkan persetujuan resmi pada 16 November 2023 oleh Badan Regulasi Obat dan Produk Kesehatan (MHRA) di Inggris. Keputusan bersejarah ini menjadi titik balik dalam perjalanan penyembuhan penyakit-penyakit berbasis genetika, khususnya anemia sel sabit dan beta-thalassemia yang bergantung pada transfusi.
Di Amerika Serikat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) juga telah memberikan lampu hijau untuk penggunaan terapi ini.
Sejarah baru telah ditulis dalam dunia medis dengan persetujuan terapi Casgevy. Terapi ini mengatasi dua gangguan darah yang berat: anemia sel sabit dan beta-thalassemia yang bergantung pada transfusi. Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh mutasi genetik yang memengaruhi produksi hemoglobin, protein penting untuk transportasi oksigen dalam darah.
Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 100.000 orang mengidap anemia sel sabit, dengan prevalensi lebih tinggi pada beberapa kelompok populasi. Misalnya, satu dari setiap 365 bayi keturunan Afrika-Amerika dilahirkan dengan kondisi ini.
Anemia sel sabit mengubah bentuk sel darah merah menjadi seperti sabit, mengakibatkan sel-sel tersebut cepat mati dan menyumbat pembuluh darah, yang berujung pada anemia dan serangan nyeri yang parah.
Sementara itu, beta-thalassemia mempengaruhi sekitar 1 dari 100.000 orang secara global, dengan insidensi yang lebih tinggi pada individu keturunan Mediterania, Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Kondisi ini menyebabkan produksi hemoglobin yang tidak memadai, yang juga berujung pada anemia yang serius.
Casgevy bekerja dengan teknik pengeditan gen revolusioner, CRISPR, yang dikembangkan pertama kali pada tahun 2012. Sistem CRISPR menggunakan enzim Cas9 sebagai "gunting molekuler" untuk memotong gen dari DNA, dipandu oleh molekul RNA. Teknik ini diadaptasi dari mekanisme pertahanan alami yang digunakan oleh bakteri dan organisme sederhana lainnya, archaea, melawan virus.
Terapi ini menyasar gen BCL11A, yang mengode protein pengatur peralihan hemoglobin versi janin menjadi dewasa sesaat setelah kelahiran. Namun, pada pasien dengan anemia sel sabit dan beta-thalassemia, versi hemoglobin dewasa tidak berfungsi dengan baik. Tujuan dari Casgevy adalah menonaktifkan BCL11A, memungkinkan tubuh untuk terus memproduksi hemoglobin janin.
Proses pengobatan dengan Casgevy melibatkan pengambilan sel induk pembuat darah dari sumsum tulang pasien, diikuti oleh pengeditan gen BCL11A di laboratorium. Sel-sel yang telah dimodifikasi kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien. Sebelum infusi, pasien perlu mengonsumsi obat kemoterapi, busulfan, untuk mengeliminasi sel-sel yang tidak diedit di sumsum tulang mereka.
Pemulihan dan adaptasi terhadap sel-sel yang diedit bisa memakan waktu yang panjang. Menurut MHRA, pasien mungkin perlu menghabiskan setidaknya sebulan di fasilitas rumah sakit sambil sel-sel yang telah diobati
beradaptasi di sumsum tulang dan mulai memproduksi sel darah merah dengan bentuk hemoglobin yang stabil.
Dalam dua uji klinis tahap akhir, Casgevy berhasil memulihkan produksi hemoglobin pada sebagian besar pasien dengan anemia sel sabit dan beta-thalassemia, serta meredakan gejala mereka.
Dua puluh delapan dari 29 pasien dengan anemia sel sabit tidak mengalami krisis nyeri berat selama setidaknya setahun setelah menjalani terapi dengan Casgevy. Sementara itu, 39 dari 42 pasien dengan beta-thalassemia tidak memerlukan transfusi sel darah merah selama periode pasca-perawatan yang sama. Tiga pasien lainnya lebih dari 70% lebih kecil kemungkinannya untuk membutuhkan transfusi.
Meskipun belum ada kekhawatiran serius tentang keamanan Casgevy yang muncul dalam kedua uji klinis tahap akhir ini, beberapa efek samping sementara seperti demam dan kelelahan dilaporkan.
Kedua uji klinis ini masih berlanjut, dan keamanan jangka panjang Casgevy terus dipantau oleh badan regulasi seperti MHRA dan FDA, serta oleh produsen terapi, Vertex Pharmaceuticals dan CRISPR Therapeutics.
Baca juga: Terapi Floatation-REST: Solusi Baru dalam Mengatasi Anoreksia Nervosa
Namun, masih ada kekhawatiran mengenai keamanan terapi berbasis CRISPR secara umum, khususnya terkait efek "off-target", yaitu ketika Cas9 beraksi pada bagian lain dari genom yang tidak dimaksudkan untuk diubah, sehingga menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Persetujuan Casgevy di Inggris dan AS menandai langkah penting dalam pengembangan dan pemanfaatan terapi genetik. Meskipun masih ada banyak pertanyaan mengenai keterjangkauan dan keamanan jangka panjangnya, terapi ini membuka jalan untuk pengobatan penyakit genetik lainnya di masa depan.