Banyak orang memilih untuk menceritakan masalah hidupnya kepada orang yang dipercaya, namun apakah curhat sama dengan gibah?
Cekricek.id - Curhat adalah cara yang ampuh untuk memperoleh jawaban atas permasalah seseorang. Ketika bercerita, ada banyak hal yang bisa disampaikan.
Misalnya, masalah dengan diri sendiri atau dengan orang lain. Namun, apakah curhat itu sama dengan bergibah?
Dalam sebuah majelis taklim, buya Yahya memberikan jawabannya. Ternyata hal itu tergantung pada niat orang yang bercerita. Serta, bagaimana si pendengar bisa menempatkan dirinya dengan baik.
Hal itu bermula dari pertanyaan seorang jemaah di dalam majelis taklim yang pimpin oleh beliau. Dia menyampaikan kegundahan hatinya sebagai sosok tetua di kampungya.
Banyak warga yang akhirnya menemui untuk bercerita masalah hidup pada si penanya ini. Oleh karena itu, dia menjadi ragu apakah tidak apa-apa jika hal itu dia lanjutkan.
“Kita tidak mengatakan bahwasanya orang tak boleh curhat. Tapi, ukurlah diri sendiri,” kata buya Yahya.
“Jadi kalau ada orang datang kepada anda sebagai ustaz, pemimpin majelis, tentu atas dasar husnuzan. Insyaallah benar dia karena tidak ngomong ke asal orang, harapannya ada solusi kan begitu. Itu sah,” papar beliau.
Kemudian buya Yahya memberikan sebuah contoh konkret atas penyataannya tadi.
“Misalnya orang punya permasalahan dalam rumah tangganya atau keluarga, lalu datang kepada anda. Pasti itu untuk menceritakan kejelekan dari keluarganya kan,” katanya.
“Nah ini beda, datangnya kepada anda ini bukan ingin menanamkan kebencian kepada anda kepada keluarganya,” sambung beliau.
Buya Yahya kembali menekankan bahwa melakukan curhat tidak salah jika tujuannya untuk mendapat solusi.
Selain itu, orang tersebut haruslah bercerita pada orang yang tepat dan bisa memberikan pandangan yang netral.
Curhat Pada Orang yang Tepat
Buya Yahya menekankan kepada orang yang curhat dan orang yang mendengarkan untuk menghindari niat menjelekkan orang lain.
Ketika si pendengar memang mampu dan memilki ilmu yang sesuai untuk memberikan pandangan yang netral, maka silakan.
Tapi, jika si pendengar tak bisa membantu menyelesaikan permasalahan itu, maka rekomendasikan orang tersebut untuk menemui ahlinya.
“Bagi anda, kalau anda memang mampu menyelesaikan dengan ilmu, anda bisa menyelesaikan,” kata buya Yahya kepada si penanya tadi.
“Kalau anda tidak bisa menyelesaikan, ada jangan selesaikan. Tapi antarkan orang ini kepada orang yang menurut anda bisa menyelesaikan,” sambungnya.
Dalam penjelasannya, buya Yahya menyinggung contoh kasus yang diberikannya tadi. Karena permasalahnya adalah serius, maka si pendengar alias orang yang bertanya tadi mesti merekomendasikan orang yang ahli untuk orang yang curhat padanya.
“Jadi, jangan sampai dia tak mampu tapi sok tahu, kan bisa kacau nanti” celetuk buya.
“Atau mengadu kepada anda dengan urusan yang tidak ada kaitannya dengan anda, maka anda stop,” katanya lagi.
Baca juga: Bolehkah Saldo Masjid Disumbangkan Buat Tanah Kuburan? Ini Jawaban Buya Yahya
Buya Yahya kembali menekankan kepada si penanya yang mengakui dirinya sebagai kepala keluarga di desanya itu.
Jika permasalahan yang diceritakan tak sesuai dengan perannya maka tak usah diladeni.