Henk Ngantung

Henk Ngantung adalah Gubernur DKI Jakarta dan Sastrawan kelahiran Medan 26 November 1918, Berpendidikan HBS Jakarta, Fakultas Hukum UI, dan Rechthogeschool di Jakarta (1939- 1942), dan Jurisdische Fakulteit Universiteit van Amsterdam 1950-1953.

Henk Ngantung. [Foto: Istimewa]

Siapa Henk Ngantung?

Henk Ngantung adalah Gubernur DKI Jakarta dan Sastrawan kelahiran Medan 26 November 1918, Berpendidikan HBS Jakarta, Fakultas Hukum UI, dan Rechthogeschool di Jakarta (1939- 1942), dan Jurisdische Fakulteit Universiteit van Amsterdam 1950-1953.

Ia titel Drs, pernah mengajar UI Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (1959-1962) dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1969-1973), Pernah menjadi pembantu Instituut voor Taal en Cultuur, redaktur Penerbit Djambatan di Amsterdam, redaktur majalah Konfrontasi (1954-1962), Direktur Penerbit Pembangunan (1960-1968), Ketua Ikatan Penerbit Indonesia/IKAPI (1959-1963)

Kemudian Wakil Ketua II IKAPI (1968-1973), Direktur Pusat Kesenian Jakata Taman Ismail Marzuki (1973-1982), dan Sekretaris Himpunan Penerjemah Indonesia (1974).

Ia banyak menerjemahkan seperti: Kisah Jerman Sepanjang Masa I & II(1973), Kisah Belanda Sepanjang Zaman (1979), Humor Sekolom Senyum Dikulum (karya Simon Carmiggelt, 1980), Saat Bicara: Anekdot-Anekdot Syaikh Sa'di Sirazi (1985), dan Pedoman Pengendalian Mutu (karya Kaoru Ishikawa, 1986)

Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis tanpa pendidikan formal. Bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia ikut medirikan "Gelanggang".

Henk juga pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia- Tiongkok 1955-1958. Sebelum diangkat menjadi gubernur, ia ditunjuk oleh Presiden Sukarno sebagai deputi gubernur di bawah Soemarno.

Henk Ngantung dicap sebagai pengikut Partai Komunis Indonesia hingga akhir hayatnya bulan Desember 1991. Henk Ngantung hingga meninggal tinggal di gang sempit namun lahan rumahnya cukup luas di jalan Waru, Cawang, Jakarta Timur.

Karya Henk Ngantunk yaitu sketsa Tugu Selamat Datang yang menggambarkan sepasang pria dan wanita sedang melambaikan tangan dan berada di bundaran Hotel Indonesia. Desain awal patung tersebut dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu menjabat sebagai wakil Gubernur DKI Jakarta.

Henk juga membuat sketsa lambang DKI Jakarta dan lambang Kostrad namun belum diakui oleh pemerintah. Lukisan hasil karya Henk adalah Ibu dan Anak yang merupakan karya terakhirnya.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno