Ketika Berat Badan 'Ideal' Menyembunyikan Risiko Obesitas

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa persentase lemak tubuh lebih dapat diandalkan daripada indeks BMI dalam menilai risiko kesehatan seseorang. Temuan ini menggugah dunia medis untuk merevisi standar kesehatan.

Ilustrasi. [Canva]

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa persentase lemak tubuh lebih dapat diandalkan daripada indeks BMI dalam menilai risiko kesehatan seseorang. Temuan ini menggugah dunia medis untuk merevisi standar kesehatan.

Cekricek.id - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh TAU’s School of Public Health di Fakultas Kedokteran mengejutkan dunia medis. Dengan menganalisis data antropometrik dari sekitar 3.000 pria dan wanita Israel, peneliti menemukan bahwa persentase lemak tubuh adalah indikator yang lebih handal untuk menilai kesehatan seseorang dibandingkan dengan indeks BMI yang selama ini sering digunakan.

Prof. Yftach Gepner, yang memimpin penelitian ini bersama dengan mahasiswa doktoral Yair Lahav dan kolaborator Aviv Kfir, menekankan bahwa Israel memiliki prevalensi obesitas anak yang tinggi. Lebih dari 60% penduduk dewasa di negara tersebut dikategorikan kelebihan berat badan berdasarkan indeks BMI.

Namun, menurut Prof. Gepner, meskipun ada korelasi antara kelebihan berat badan dan obesitas, ukuran sebenarnya untuk obesitas adalah kandungan lemak tubuh.

Penelitian ini, yang merupakan yang terbesar di Israel, menemukan fenomena mengejutkan yang disebut "paradoks obesitas dengan berat normal". Ini berarti individu dengan berat badan normal tetapi memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dari batas normal.

Dari 3.000 partisipan yang dianalisis, sekitar sepertiga atau 1.000 individu memiliki berat badan dalam kisaran normal. Namun, 38,5% wanita dan 26,5% pria dari kelompok ini dikategorikan sebagai "obesitas dengan berat normal".

Lebih lanjut, penelitian menunjukkan korelasi signifikan antara "obesitas dengan berat normal" dan tingkat gula, lemak, dan kolesterol yang tinggi dalam darah - faktor risiko utama untuk berbagai penyakit kardiometabolik.

Prof. Gepner menambahkan, "Temuan kami cukup mengkhawatirkan. Banyak individu yang sebenarnya obesitas namun berdasarkan indeks BMI dianggap normal, sehingga sering kali luput dari perhatian medis."

Berdasarkan temuan ini, peneliti menyarankan agar persentase lemak tubuh dijadikan standar utama kesehatan. Mereka juga merekomendasikan alat-alat yang mudah diakses untuk tujuan ini, seperti pengukuran lipatan kulit dan perangkat yang mengukur konduktivitas listrik tubuh, yang sudah banyak digunakan di pusat kebugaran.

Dalam kesimpulannya, Prof. Gepner menekankan pentingnya mengidentifikasi individu yang "obesitas dengan berat normal" dan menyesuaikan standar kesehatan global berdasarkan persentase lemak tubuh untuk mencegah penyakit dan kematian dini.

Baca berita terbaru dan terkini hari ini, seputar peristiwa, hukum, politik, ekonomi, olahraga, gaya hidup, hiburan, budaya, dan sejarah, hanya di Cekricek.id.

Baca Juga

OMAD: Apa Dampak Diet Satu Kali Makan Sehari pada Tubuh Kita?
OMAD: Apa Dampak Diet Satu Kali Makan Sehari pada Tubuh Kita?
Terapi Floatation-REST: Solusi Baru dalam Mengatasi Anoreksia Nervosa
Terapi Floatation-REST: Solusi Baru dalam Mengatasi Anoreksia Nervosa
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kenangan yang kita lupakan mungkin tetap ada di otak kita, memberikan perspektif baru tentang proses belajar dan potensi pengobatan dementia.
Kenangan Terlupakan: Apakah Mereka Benar-Benar Hilang dari Otak Kita?
Peneliti di Philadelphia siap menguji kandungan buatan pada manusia, tetapi teknologi ini menimbulkan pertanyaan etika dan medis.
Peneliti Mengembangkan Rahim Buatan: Masa Depan Perawatan Bayi Prematur?
Penelitian terbaru menyoroti prevalensi gejala kesehatan mental pada pasien penyakit autoimun. Temuan mengejutkan ini menuntut perhatian klinis yang lebih mendalam.
Mengapa Pasien Penyakit Autoimun Perlu Perhatian Kesehatan Mental?
Seberapa akurat ingatan pertama kita dari masa kecil? Sebuah penelitian mencoba untuk menguju akurasi ingtan masa kecil dengan fokus pada peran emosi dan potensi terbentuknya ingatan palsu.
Kenangan Masa Kecil: Seberapa Akuratkah Ingatan Pertama Kita?