Prawoto Mangkusasmito

Prawoto Mangkusasmito adalah seorang tokoh politik Islam yang sempat menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri di masa Demokrasi Parlementer Republik Indonesia, sekaligus juga Ketua Umum Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang terakhir sebelum partai ini dibubarkan.

Prawoto Mangkusasmito. [Foto: Istimewa]

Siapa Prawoto Mangkusasmito?

Prawoto Mangkusasmito adalah seorang tokoh politik Islam yang sempat menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri di masa Demokrasi Parlementer Republik Indonesia, sekaligus juga Ketua Umum Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang terakhir sebelum partai ini dibubarkan.

Prawoto Mangkusasmito lahir pada 4 Januari 1910 di Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Ia merupakan anak dari Mangkusasmito, seorang ambtenaarpejabat desa.

Ia lahir dari dua bersaudara dan sejak ia masih berumur tiga belas tahun kedua orang tuanya bercerai hingga ia kemudian diasuh oleh ayah dan ibu tirinya.

Sejak belia Prawoto sudah dididik secara Islami oleh ayahnya dan sempat disekolahkan ke pesantren walau tidak sampai mendalam.

Pengetahuannya mengenai Islam ketika dewasa banyak dipelajari melalui sahabat dekatnya, Natsir yang juga ia anggap sebagai guru agama.

Pada 1917 sampai 1925 Prawoto sempat bersekolah di Hollands Inlandsche Shcool(HIS), dan pada 1928 ia menamatkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs(MULO).

Setelah itu ia melanjutkan lagi sekolahnya di Yogyakarta, yaitu di Algemene Middelbare School AfdeelingB(AMS-B).

Selama masih bersekolah, ia juga sudah aktif dalam beberapa organisasi pergerakan masa Hindia-Belanda seperti Jong Java, Indonesia Muda dan juga Jong Islamieten Bond (JIB).

Pada 1935, Prawoto melanjutkan lagi pendidikannya di Recht Hoogere School te Batavia (RIS).

Selama di Jakarta, ia juga aktif dalam organisasi-organisasi pemuda Islam dan disana Prawoto banyak bertemu sesama aktivis lainnya seperti Natsir dan Soekiman.

Prawoto bertemu dan mulai berhubungan baik dengan Soekiman ketika ia tergabung dalam Stundenten Islamische Studie Club(SIS), kemudian menjadi salah satu anggota Pengurus Besar Partai Islam Indonesia (PII) ketika Soekiman menjabat sebagai ketuanya.

Ketika ia masih mengenyam pendidikan di RISterjadi perang Pasifik dan militer Jepang mengalami kegoncangan sehingga pendidikan dan aktivitas dalam berorganisasi Prawoto terhenti.

Ia kemudian bekerja di kantor Kadaster pemerintahan militer Jepang dan juga sempat menjadi Sekretaris II Sekolah Tinggi Islam di Jakarta.

Bersama-sama dengan Mohammad Roem, Zainul Arifin, Jusuf Wibisono, dan Anwar Tjokroaminoto ia juga sempat membentuk Barisan Hisbullah di Jakarta.

Pada masa revolusi Prawoto juga sempat menjadi anggota dan kemudian menjabat sebagai ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) pada 1949 hingga 1950.

Ia juga sempat melakukan gerilya ke Gunung Lawu setelah terjadinya agresi militer Belanda kedua, bersama-sama dengan Soekiman, Kasimo, Mayor Jendral Suhardjo, Suroso, Kasman Singodimedjo, Zainul Arifin, dan Sumardi.

Ia juga merupakan seorang aktivis Islam yang tergabung dalam partai politik berideologi Islam yaitu Masyumi. Partai politik ini awalnya adalah salah satu organisasi Islam yang didirikan pada 22 November 1943 untuk menggantikan Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI) yang dibubarkan oleh pemerintah Jepang.

Pada awal pembentukannya Masyumi diketuai oleh K.H. Hasjim Asj’ari sebagai suatu wadah organisasi sebagai forum untuk berdiskusi. Kemudian setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan hasil Muktamar Islam Indonesia Masyumi pada 9 November 1945 dinyataan bahwa akan dibentuk partai politik, yaitu Partai Islam Masyumi dengan diketuai Dr. Soekiman.

Pada saat dilaksanakannya Muktamar Islam Indonesia tersebut, Prawoto juga turut serta di dalamnya. Prawoto mengawali perannya berpolitik dengan menjadi Sekretaris II di Pimpinan Pusat Masyumi selama 1945-1949.

Kemudian pada 1951 hingga 1952 ia menjadi Wakil Ketua I dan lanjut melanjutkan lagi sampai 1954 sebagai anggota Pimpinan Pusat partai Masyumi.

Dalam muktamar pada periode yang sama, Prawoto terpilih menjadi Sekretaris Umum dan pada 1956-1959, ia terpilih menjadi Wakil Ketua II. Ia terus aktif hingga menjabat sebagai Ketua Umum partai tersebut sejak bulan April 1959 hingga dibubarkannya pada Agustus 1960.

Setelah diberlakukannya UUDS 1950 dan Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer, Masyumi diuntungkan karena memiliki kursi terbanyak dalam parlemen. Setelah gagal menjalankan mandat presiden untuk menjadi formatur pembentukan kabinet baru, PNI menunjuk kembali calon yang baru yaitu Wilopo dan dari Masyumi sendiri Prawoto kembali terpilih.

Keduanya yang sudah berteman sejak mereka kecil di Magelang berhasil menyusun kabinet baru, yaitu Wilopo sebagai Perdana Menteri dan Prawoto sebagai Wakil Perdana Menteri.

Ia memegang jabatan sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia yang ketujuh mulai dari 3 April 1952 hingga 30 Juli 1953 dan. Prawoto tutup usia pada 24 Juli 1970.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Kisah Pengorbanan Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Kisah Pengorbanan, Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Lukisan Menakjubkan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Lukisan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang