Deteksi dan Penanganan Mutasi Virus Hepatitis: Urgensi Riset Biologi Molekuler di Indonesia

Deteksi dan Penanganan Mutasi Virus Hepatitis: Urgensi Riset Biologi Molekuler di Indonesia

Ilustrasi. [Canva]

Cekricek.id - Lebih dari dua miliar orang di seluruh dunia terinfeksi hepatitis B, dengan 296 juta di antaranya mengalami penyakit kronis. Hepatitis B bisa berkembang menjadi masalah kesehatan serius, termasuk fibrosis, sirosis, kegagalan hati, dan kanker hati. Di Indonesia, riset biologi molekuler memegang peranan penting dalam deteksi mutasi virus hepatitis.

Dalam webinar bertajuk "Isu Terkini Mengenai Biologi Molekuler & Bioteknologi dalam Penelitian Virus Hepatitis", beberapa pakar kesehatan dan peneliti membahas strategi dan inovasi terbaru dalam pengendalian dan penanganan hepatitis. Webinar ini diselenggarakan oleh Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB).

Vaksinasi dan Mutasi Virus Hepatitis

Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Indi Dharmayanti, mengungkapkan bahwa sejak 1997, upaya pemerintah dalam mengurangi tingkat keparahan virus hepatitis melalui vaksinasi telah menurunkan angka prevalensi. Namun, hal ini juga berpotensi memicu mutasi gen yang mempengaruhi patogenisitas dari hepatitis.

"Riset terkini untuk hepatitis masih sangat dibutuhkan,” ujar Indi Dharmayanti.

Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN, Elisabeth Farah Novita Coutrier, menambahkan bahwa riset untuk mengungkap mutasi penyebab kegagalan vaksinasi hepatitis B terus dilakukan. Misalnya, mutasi yang menyebabkan kegagalan deteksi dan pada progresivitas penyakit seperti sirosis dan kanker hati.

Penanganan Virus Hepatitis B dan C

Salah satu narasumber webinar tersebut, Korri El Khobar, menyoroti variasi tinggi virus hepatitis B (VHB) dan C (VHC) yang dapat mempengaruhi perjalanan penyakit dan respons terhadap pengobatan. Pengobatan Direct Acting Antivirals (DAA) menjadi obat efektif dengan tingkat SVR lebih dari 95%. Namun, Korri mengingatkan akan adanya kegagalan terapi DAA pada kronis hepatitis C karena resistensi.

"Deteksi dini VHB dan VHC lebih diutamakan untuk dapat mengurangi penularan virus dan menghambat perkembangan penyakit," ucap Korri.

Isu Terkini dan Efek Kesehatan Manusia

Caecilia Sukowati, periset Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN, menjelaskan patogenesis infeksi VHB dan VHC serta mekanisme virus dalam menghindari eliminasi dari respon imun. Virus ini mampu menyebabkan kanker melalui jalur non-peradangan, mengubah fungsi sel normal, dan membuat sel hati lebih sensitif terhadap mutagen lain.

"Kemampuan protein virus baik tipe liar atau mutasi dapat mengakibatkan kerusakan hati yang berkepanjangan," ungkap Caecilia.

Caecilia juga menekankan pentingnya kesadaran terhadap gejala virus hepatitis, serta metode deteksi yang dapat mengurangi risiko penularan.

Dengan menggali lebih dalam riset biologi molekuler, Indonesia dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam deteksi, pengendalian, dan pengobatan hepatitis, dan pada akhirnya, melindungi jutaan orang dari penyakit yang berbahaya ini. Penelitian dan inovasi terkini ini menunjukkan komitmen yang kuat dari berbagai institusi penelitian dalam memerangi epidemi hepatitis di Indonesia.

Baca Juga

Mengungkap Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Otak
Mengungkap Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Otak
Penelitian Mengungkap Manfaat Kombucha Seperti Efek Puasa
Penelitian Mengungkap Manfaat Kombucha Seperti Efek Puasa
Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia Berhasil Dilakukan, Harapan dan Kontroversi
Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia Berhasil Dilakukan, Harapan dan Kontroversi
Peneliti Mengungkap Penyebab Kematian Saat Bercinta
Peneliti Mengungkap Penyebab Kematian Saat Bercinta
Bahaya Mencuci Saluran Hidung dengan Air Keran yang Tidak Steril
Bahaya Mencuci Saluran Hidung dengan Air Keran yang Tidak Steril
Penelitian Mengungkap Hidup dalam Kemiskinan Percepat Penuaan Otak
Penelitian Mengungkap Hidup dalam Kemiskinan Percepat Penuaan Otak