Idham Chalid

Idham Chalid adalah ketua PBNU (1955-1984), Wakil Perdana Menteri (Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda), Menteri Kesejahteraan Rakyat (Kabinet Ampera I, Kabinet Ampera II dan Kabinet Pembangunan I), Menteri Sosial (1970-1973), Ketua MPRS dan Ketua MPR-DPR (1971-1977), ketua DPA (1983), dan Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (1956-1984) kelahiran Satui, Kalimantan Selatan, 27 Agustus 1921 dan meninggal di Jakarta, 11 Juli 2010.

Idham Chalid. [Foto: Istimewa]

Siapa Idham Chalid?

Idham Chalid adalah ketua PBNU (1955-1984), Wakil Perdana Menteri (Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda), Menteri Kesejahteraan Rakyat (Kabinet Ampera I, Kabinet Ampera II dan Kabinet Pembangunan I), Menteri Sosial (1970-1973), Ketua MPRS dan Ketua MPR-DPR (1971-1977), ketua DPA (1983), dan Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (1956-1984) kelahiran Satui, Kalimantan Selatan, 27 Agustus 1921 dan meninggal di Jakarta, 11 Juli 2010.

Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya H Muhammad Chalid, penghulu asal Amuntai yang sekitar 200 kilometer dari Kota Banjarmasin. Saat masuk SR ia langsung duduk di kelas dua. Selepas SR, Idham melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Ar-Rasyidiyyah pada 1922.

Kemudian Idham melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Gontor, Ponorogo Jawa Timur. Tamat dari Gontor, 1943, Idham melanjutkan pendidikan di Jakarta. Di ibukota, kefasihan Idham dalam berbahasa Jepang membuat penjajah Dai-Nipon sangat kagum.

Pihak Jepang juga sering memintanya menjadi penerjemah dalam beberapa pertemuan dengan alim ulama. Dalam pertemuan-pertemuan itulah Idham mulai akrab dengan tokoh-tokoh utama NU. Ketika Jepang kalah perang dan Sekutu masuk Indonesia, Idham Chalid bergabung ke dalam badan-badan perjuangan.

Menjelang kemerdekaan, ia aktif dalam Panitia Kemerdekaan Indonesia Daerah di kota Amuntai. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia bergabung dengan Persatuan Rakyat Indonesia, partai lokal, kemudian pindah ke Serikat Muslim Indonesia.

Pada 1947 ia bergabung dengan Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia Kalimantan, yang dipimpin Hasan Basry. Usai revolusi, Idham diangkat menjadi anggota Parlemen Sementara RI mewakili Kalimantan. Pada 1950 ia terpilih menjadi anggota DPRS mewakili Masyumi.

Ketika NU memisahkan diri dari Masyumi, tahun 1952, Idham memilih bergabung dengan Partai Nahdlatul Ulama dan terlibat aktif dalam konsolidasi internal ke daerah-daerah. Pada 1952 ia diangkat sebagai ketua PB Ma’arif, organisasi sayap NU yang bergerak di bidang pendidikan.

Pada tahun yang sama ia juga diangkat menjadi sekretaris jenderal partai, dan dua tahun kemudian menjadi wakil ketua. Selama masa kampanye Pemilu 1955 Idham menjadi ketua Lajnah Pemilihan Umum NU. Idham Chalid menjabat presiden PPP hingga 1989.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Kisah Pengorbanan Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Kisah Pengorbanan, Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Lukisan Menakjubkan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Lukisan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang