Temuan Baru, Vaksinasi Covid-19 Mempengaruhi Pola Menstruasi

Telah dilakukan beberapa survei laporan gejala menstruasi yang tidak biasa terhadap wanita setalah melakukan vaksinasi Covid-19

Foto [Canva]

Telah dilakukan beberapa survei laporan gejala menstruasi yang tidak biasa terhadap wanita setalah melakukan vaksinasi Covid-19.

Cekricek.id - Kathryn Clancy mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19 pada awal 2021 dan 10 hari kemudian ia mendapati gejala yang aneh saat menstruasi. Ia tidak dapat duduk dengan nyaman dalam rapat Zoom kerja. Ini adalah hal teraneh yang terjadi selama ia mengalami menstruasi.

“Saya mengalami apa yang sering disebut banjir menstruasi,” kata Clancy, antropolog biologi di University of Illinois, Urbana-Champaign. Clancy berfikir tidak akan mau melakukan vaksin moderna jika bukan karena mahasiswa pascasarjananya.

Katharine Lee dari  Universitas Tulane berbagi kisah serupa juga. Ia mengatakan bahwa ia mengalami keram yang parah ketika selesai melakukan vaksinasi. Cerita tersebut ia bagikan di akun twitter miliknya. Sontak ceritanya ditanggapi oleh banyak orang yang memiliki gejala serupa karena vaksinasi.

Setelah itu, Clancy dan Lee melakukan survei menganai permasalahan tersebut di seluruh dunia. Survei diberlakukan untuk wanita berumur 18 tahun keatas . Antara April dan Oktober 2021 diperoleh hasil 42% dari sekitar 16.000 orang dalam survei yang memiliki siklus menstruasi teratur mengatakan mereka mengalami pendarahan lebih banyak dari biasanya setelah vaksinasi.

Menanggapi masalah tersebut, Victoria Male, ahli imunologi reproduksi Imperial College London. Menyebutkan bahwa seharusnya penjelasan kemungkinan ketidakteraturan menstruasi dan memastikan bahwa itu bukan risiko kesehatan juga perlu dilakukan seperti penjelasan gejala vaksinasi lainnya (contohnya demam).

Hal ini guna membantu memerangi kesalahan informasi yang meluas bahwa vaksin Covid-19 merusak kesuburan, kata Male dan lainnya.

Alison Edelman, dokter kandungan-ginekologi di Oregon Health & Science juga menyebutkan bahwa penelitian tentang ketidakteraturan menstruasi setelah vaksinasi Covid-19 perlu dilakukan.

Setelah tweet awal Clancy mendapat tanggapan seperti itu, survei  yang awalnya ditujukan untuk 500 orang ternyata jauh melampaui apa yang dia perkirakan. Lebih dari 165.000 orang di seluruh dunia yang divaksinasi dengan dua dosis berpartisipasi.

Clancy dan Lee memfokuskan survei mereka untuk memperoleh tanggapan bergaya naratif dan untuk mendokumentasikan gejala meski sulit diukur secara kuantitatif. Di antara orang-orang pascamenopause, pendarahan vagina yang tidak dapat dijelaskan adalah gejala kanker rahim, sehingga setelah vaksinasi  tidak perlu ada yang dikkhawatiran.

Dalam hasil survei yang diterbitkan hari ini, 66% dari 673 orang pascamenopause melaporkan perdarahan, seperti halnya 39% dari 280 orang yang menggunakan hormon penegasan gender. Karena hormon-hormon ini yang diambil oleh kelompok yang terakhir, banyak yang tidak mengalami menstruasi dan dapat merasa stress.

Baca juga : Kasus Covid-19 Melonjak 3.4 Juta, Lansia 50-an Akan Divaksin Booster

Melansir dari Science, uji klinis vaksin Covid-19  tidak mencari efek samping pada siklus menstruasi. Terlepas dari prevalensi ketidakteraturan menstruasi setelah vaksinasi Covid-19, para ilmuwan mencatat ada hipotesis yang bisa menjelaskannya. Sama seperti infeksi dan demam, yang diketahui memengaruhi menstruasi, respons sistem kekebalan terhadap vaksinasi yang dapat mengubah pola hormon seks atau sel-sel yang membangun dan menghancurkan lapisan rahim, yang keduanya saling terkait dengan imunologi.

Penelitian vaksinasi terhadap gejala menstruasi sangat terbatas, tetapi satu penelitian dari Jepang menemukan hubungan dengan vaksinasi dengan menstruasi yang tidak teratur. Penelitian tersebut memberikan pernyataan hasil bahwa vaksinasi tidak ada hubungannya dengan menstruasi yang tidak teratur.

Vaksinasi Covid-19 Tidak Mempengaruhi Kesuburan

Image Attachment

Banyaknya anekdot tentang ketidakteraturan menstruasi setelah vaksin Covid-19 dan informasi yang salah bahwa vaksin dapat mengganggu kesuburan, mendorong lebih banyak penelitian tentang menstruasi.

Dalam penelitiannya, Edelman mengandalkan data anonim dari aplikasi kesadaran kesuburan. Dia menemukan bahwa rata-rata vaksinasi mengubah panjang siklus kurang dari 1 hari. Akan tetapi mereka yang mendapatkan kedua dosis vaksin dalam siklus menstruasi yang sama mengalami perbedaan rata-rata 2 hari.

Sekitar 10% dari orang-orang tersebut, yang mendapat kedua dosis vaksin dalam siklus yang sama, melihat perubahan setidaknya 8 hari dalam panjang siklus mereka; tetapi mereka tampaknya kembali ke awal setelah satu siklus kemudian. Dikarenakan hasil yang ia peroleh, ia mendapat kesimpulan bahwa vaksin tidak mempengaruhi kesuburan.

Baca juga : Kasus Covid-19 Meningkat, Warga Inggris Kembali Gunakan Masker

 “Kami memiliki gambaran yang sangat meyakinkan” kata Edelman.

Untuk selanjutnya, Clancy ingin melanjutkan penelitian ini. Dia ingin mempelajari aliran menstruasi sebelum dan sesudah vaksinasi Covid-19 dengan meminta sukarelawan melacak dan melaporkan gejala secara real time.

Tapi dia belum bisa mendapatkan dana untuk upaya seperti itu. Ia juga tertarik untuk mempelajari fenomena tersebut setelah vaksinasi influenza. Sementara itu, timnya sedang menyelesaikan survei lanjutan tentang seberapa cepat pola menstruasi kembali normal bagi responden.

Tags:

Baca Juga

Mengungkap Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Otak
Mengungkap Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Otak
Penelitian Mengungkap Manfaat Kombucha Seperti Efek Puasa
Penelitian Mengungkap Manfaat Kombucha Seperti Efek Puasa
Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia Berhasil Dilakukan, Harapan dan Kontroversi
Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia Berhasil Dilakukan, Harapan dan Kontroversi
Peneliti Mengungkap Penyebab Kematian Saat Bercinta
Peneliti Mengungkap Penyebab Kematian Saat Bercinta
Bahaya Mencuci Saluran Hidung dengan Air Keran yang Tidak Steril
Bahaya Mencuci Saluran Hidung dengan Air Keran yang Tidak Steril
Penelitian Mengungkap Hidup dalam Kemiskinan Percepat Penuaan Otak
Penelitian Mengungkap Hidup dalam Kemiskinan Percepat Penuaan Otak