Gajah dan Kerbau: Senjata Alamiah Melawan Tanaman Invasif yang Mengancam Biodiversitas

Gajah dan Kerbau: Senjata Alamiah Melawan Tanaman Invasif yang Mengancam Biodiversitas

Gajah dan Kerbau: Senjata Alamiah Melawan Tanaman Invasif yang Mengancam Biodiversitas. [Ist]

Penelitian terbaru menunjukkan peran mega-herbivora seperti gajah dan kerbau dalam menjaga keseimbangan ekosistem lokal dari ancaman tanaman invasif.

Cekricek.id - Ketika berbicara tentang ancaman terhadap biodiversitas, tanaman invasif seringkali menjadi topik yang diabaikan. Namun, sebuah studi kolaboratif antara Universitas Aarhus di Denmark dan Wildlife Institute of India menunjukkan bahwa mega-herbivora—hewan pemakan tumbuhan dengan berat lebih dari satu ton—bisa menjadi solusi alami untuk masalah ini.

Berbeda dari asumsi umum, mega-herbivora seperti gajah dan kerbau ternyata lebih memilih untuk memakan tanaman invasif daripada tanaman asli. Mengapa? Karena tanaman asli telah beradaptasi selama ribuan tahun bersama hewan-hewan besar ini, sehingga lebih tahan terhadap interaksi tersebut.

Studi ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Ecology & Evolution dan berdasarkan data dari survei satwa liar terbesar di dunia yang dilakukan di India. Survei ini menggunakan perangkap kamera dan juga program pemantauan tanaman yang ekstensif di negara tersebut.

Namun, temuan ini tidak hanya relevan untuk India. Meskipun di beberapa wilayah mungkin tidak ada hewan sebesar gajah atau kerbau, hewan herbivora berukuran sedang juga dapat memberikan efek serupa dalam memerangi tanaman invasif.

Fokus penelitian ini adalah pada apa yang disebut sebagai mega-herbivora, termasuk gajah, badak, kerbau liar, dan bison India. Studi ini menunjukkan adanya korelasi positif antara jumlah mega-herbivora dan keseimbangan antara tanaman asli dan invasif.

Di tempat-tempat dengan banyak mega-herbivora, jumlah tanaman asli juga banyak, sementara tanaman invasif lebih sedikit. Sebaliknya, di daerah yang didominasi oleh tanaman invasif, keberadaan mega-herbivora cenderung minim.

Namun, ada pengecualian di beberapa area di India, di mana pertumbuhan tanaman invasif begitu tinggi dan padat sehingga mega-herbivora kesulitan untuk mengaksesnya.

Pentingnya temuan ini terletak pada fakta bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa mengidentifikasi spesies invasif sebagai ancaman utama terhadap biodiversitas global. Upaya untuk memerangi spesies ini telah menghabiskan lebih dari USD 120 miliar secara global dalam setengah abad terakhir, namun dengan hasil yang terbatas.

Ukuran besar mega-herbivora memungkinkan mereka untuk memakan berbagai jenis tanaman dalam jumlah besar. Mereka juga lebih fleksibel dalam memilih makanan, termasuk tanaman dengan nilai gizi rendah, karena mereka tidak bisa memilih-milih.

Peneliti memang bisa saja memasukkan spesies herbivora yang lebih kecil dalam studi ini, tetapi peran mereka dalam ekosistem lebih kompleks. Misalnya, mereka juga menjadi mangsa bagi harimau dan macan tutul, sedangkan gajah dan sejenisnya tidak.

Jadi, apa solusi untuk negara-negara yang tidak memiliki mega-herbivora? Menurut Profesor Jens-Christian Svenning dari Universitas Aarhus, hewan herbivora berukuran sedang dan kecil juga bisa memberikan efek serupa dalam memerangi tanaman invasif.

Ninad Avinash Mungi, penulis utama studi ini, menekankan bahwa ukuran hewan bukanlah faktor penentu dalam memerangi spesies invasif. "Kamu bisa dengan mudah menggunakan campuran hewan herbivora berukuran besar, sedang, dan kecil. Rusa, kerbau, sapi, dan kuda bekerja dengan baik bersama dalam proyek rewilding," kata Mungi.

Mungi juga menyarankan agar Eropa melakukan survei biodiversitas skala besar mirip dengan yang dilakukan di India. "Eropa memiliki lebih banyak dana untuk investasi dalam restorasi alam," tambahnya.

Sebagai catatan, survei di India ini adalah yang terbesar di dunia, dengan 26,838 perangkap kamera dan puluhan ribu peserta yang melakukan survei di area hutan seluas 381,200 km². Survei ini juga menghasilkan data yang sangat kaya, termasuk sampel vegetasi dan kotoran hewan.

Dengan demikian, mega-herbivora bisa menjadi solusi alami yang efektif untuk memerangi tanaman invasif yang mengancam biodiversitas. Mereka bukan hanya ikon dari keindahan alam, tetapi juga penjaga keseimbangan ekosistem kita.

Baca Juga

Polemik Tumpukan Sampah di Jalan Gulama Pekanbaru, Warga Resah dan Pihak Terkait Saling Lempar Tanggung Jawab
Polemik Tumpukan Sampah di Jalan Gulama Pekanbaru, Warga Resah dan Pihak Terkait Saling Lempar Tanggung Jawab
Misteri Jutaan Lubang yang Ditemukan di Dasar Laut Utara Terungkap, Ternyata Ini Penyebabnya!
Misteri Jutaan Lubang yang Ditemukan di Dasar Laut Utara Terungkap, Ternyata Ini Penyebabnya!
Cekricek.id - Potensi Bahaya Sedotan Kertas
Potensi Bahaya Sedotan Kertas: Mengandung Bahan Kimia Berbahaya
Cekricek.id - Penelitian Mengungkap Kera Mengenali Teman Lama
Penelitian Mengungkap Kera Mengenali Teman Lama
Cekricek.id - Dampak Penambangan Bitcoin Terhadap Krisis Air, Begini Analisis dan Solusi
Dampak Penambangan Bitcoin Terhadap Krisis Air, Begini Analisis dan Solusi
Cekricek.id - Bagaimana Alga Menjadi Cikal Bakal Keanekaragaman Tumbuhan Selama 600 Juta Tahun
Bagaimana Alga Menjadi Cikal Bakal Keanekaragaman Tumbuhan Selama 600 Juta Tahun