Sekolah daring membuat banyak kasus pernikahan dini terjadi di Kabupaten Bone, Gorontalo.
Cekricek.id – Pandemi Covid-19 membuat sekolah-sekolah ditutup untuk kebijakan pembatasan sosial Covid-19. Hal ini membuat banyak siswa yang harus belajar dari rumah atau pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran jarak jauh tersebut dilakukan dengan cara belajar online atau daring. Akan tetapi, kebijakan tersebut berdampak pada pernikahan dini yang semakin marak terjadi.
Seperti halnya dengan kasus yang terjadi di Kabupaten Bone, Gorontalo. Di mana terdapat 11 pelajar sekolah menengah pertama (SMP) yang memutuskan untuk menikah muda di saat pandemi Covid-19 ini.
Hal ini diungkapkan sendiri oleh Bupati Bone Bolango Provinsi Gorontalo Hamim Pou. Alasan pernikahan dini itu terjadi karena terlalu lama tidak ada pembelajaran tatap muka di sekolah dan hanya belajar online saja.
“Kita menemukan di banyak tempat, karena terlalu lama tidak ada pembelajaran di sekolah membuat banyak kejadian memilukan,” ujar Hamim Pou seperti dikutip dari CNN Indonesia.
“Mereka kawin muda. Padahal tidak boleh itu. ada 11 siswa SMP di Bone Bolango ini sudah kawin,” tambahnya.
Pernikahan yang dilakukan oleh pelajar SMP itu tidak dibenarkan dalam Undang-undang Perkawinan yakni UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 1 tahun 1974.
Berdasarkan UU tersebut menyatakan bahwa batas minimal usia untuk melakukan perkawinan bagi perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun.
Pernikahan usia dini ini memiliki dampak yang buruk bagi wanita dan laki-laki yang menjalankannya.
Di antaranya adalah dapat menimbulkan depresi berat, angka perceraian semakin meningkat karena pemikiran yang belum matang, pendidikan menjadi terhambat, rentan terjadinya KDRT, hingga kesulitan ekonomi yang dapat membuat anak terlantar.
Lantas, hal ini membuat Hanim menjadi khawatir apabila pembelajaran tatap muka di sekolah tidak kunjung dibuka.
Selain kasus pernikahan di usia dini, ada juga kasus perempuan-perempuan yang melahirkan dan tidak diketahui siapa ayahnya, kasus prostitusi, dan lainnya.
Oleh karena itu, Hanim berupaya untuk mendorong pembelajaran tatap muka di sekolah untuk cepat-cepat dilakukan karena sudah terlalu lama dan dikhawatirkan semakin menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Baca juga: Putri Berusia 1 Tahun Disekolahkan Saat Pandemi, Shandy Aulia Tuai Kritik Netizen
[*/rik]
