Mohammad Hoesni Thamrin

Mohammad Hoesni Thamrin adalah tokoh pergerakan nasional, anggota Dewan Kota (Gemeenteraad) Batavia periode 1919-1927, dan anggota Dewan Rakyat (Volksraad), semacam dewan perwakilan rakyat Hindia Belanda, selama periode 1927-1941.

Mohammad Hoesni Thamrin. [Foto: Istimewa]

Siapa Itu Mohammad Hoesni Thamrin?

Mohammad Hoesni Thamrin adalah tokoh pergerakan nasional, anggota Dewan Kota (Gemeenteraad) Batavia periode 1919-1927, dan anggota Dewan Rakyat (Volksraad), semacam dewan perwakilan rakyat Hindia Belanda, selama periode 1927-1941.

Di Gemeenteraad, ia memperjuangkan perbaikan nasib warga kampung-kampung kumuh di Batavia. Di Volksraad ia mewakili kelompok bumiputera dan banyak mengkritik kebijakan yang merugikan.

Thamrin lahir pada 16 Februari 1894 di Sawah Besar, Batavia. Ia berasal dari keluarga berada. Ayahnya, Tabri Thamrin adalah keturunan Indo yang mempunyai usaha perhotelan.

Tabri bekerja sebagai Ajun Jaksa Kepala di Batavia saat Thamrin lahir. Beberapa tahun kemudian, Tabri menjadi wedana di Batavia. Jabatan ini cukup terpandang dan menarik penghasilan yang cukup bagi bumiputera.

Ibu Thamrin bernama Nurkhamah, seorang perempuan Betawi yang taat beragama. Ia tumbuh sebagai anak yang mudah bergaul dengan lingkungan sekitar. Teman-temannya tak hanya berasal dari keluarga pembesar, melainkan juga anak-anak pedagang kecil dan kaum miskin di kampung dekat rumahnya.

Thamrin kecil sering kali bermain menjelajah ke kampung tersebut. Saat musim penghujan, ia menyaksikan kampung tersebut mengalami banjir. Thamrin menempuh pendidikan dasar di Institute Bosch, sekolah swasta.

Ia juga pernah bersekolah di Bible School, sekolah Injil. Menginjak usia remaja, Ia mengenyam pendidikan di sekolah elite Koning Willem III, sekolah menengah umum pertama yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial di Batavia.

Sekolah ini memiliki sebutan sebagai “Sekolah Raja” mengingat latar belakang murid-muridnya dari keluarga terpandang dan pembesar, tetapi Thamrin tak menyelesaikan pendidikannya di sekolah ini. Ia memilih bekerja di kantor kepatihan, lalu pindah ke karesidenan, kemudian hijrah ke KPM, Maskapai Pelayaran Hindia Belanda.

Bekerja di KPM membuat Thamrin berkenalan dengan Dan van der Zee, seorang Belanda yang aktif sebagai sekretaris Gemente Raad, Dewan Kota.

Pertemuannya dengan van Dar Zee banyak membicarakan perihal nasib warga anak negeri di kampung-kampung kumuh, terutama cara menghadapi banjir pada musim penghujan.

Van der Zee lalu mendorong Thamrin untuk berusaha masuk bergabung. Upaya mereka berdua berhasil. Thamrin dilantik menjadi anggota Dewan Kota pada 1919. Selama menjadi anggota Dewan Kota, ia mendapat kesempatan untuk berbicara dalam sejumlah sidang.

Ia selalu menyerang ketidakpedulian pemerintah terhadap bumiputera di kampung Batavia. Ia menekankan perlunya memperbaiki kampung-kampung kumuh di Batavia (Kampong Verbetering).

Melalui perjuangan kerasnya, Dewan Kota menyetujui usulannya untuk memperbaiki kampung. Selesai bertugas di Dewan Kota, Thamrin beranjak ke Volksraad pada 1927. Seperti saat berada di Dewan Kota, ia memiliki kesempatan berbicara dalam sejumlah sidang.

Di sini ia mengupas ketimpangan sosial yang meluas terjadi di Hindia Belanda. Ia menyorot pula ketidakadilan dalam sistem Poenali Sanctie, aturan tentang para buruh perkebunan yang dibuat pada 1880. Ia menggalang kekuatan dengan mengajak teman-teman yang sepemahaman di Volksraad untuk menghapus aturan yang merugikan buruh perkebunan ini. Upaya Thamrin dan kawan-kawannya berhasil menghapuskan Poenali Sanctie.

Keberhasilan lainnya ialah mencabut kebijakan yang merugikan pada kasus Ordonansi Sekolah Liar. Di luar Volksraad, Thamrin turut mendorong pembentukan organisasi politik penentang pemerintah seperti Partai Indonesia Raya (Parindra) dan Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Tujuan umum pembentukan dua organisasi tersebut ialah mewujudkan hak untuk menentukan nasib bangsa sendiri seperti dalam sosial, ekonomi, politik, dan parlemen. Aktivitas Thamrin yang kian menyerang Pemerintah Kolonial mendapat tanggapan keras.

Pemerintah Kolonial mengenakan tuduhan mata-mata Fasis Jepang kepadanya dan menjadikannya tahanan rumah pada 1940.

Akibatnya gerak Thamrin menjadi terbatas. Saat bersamaan, Ia mulai terserang penyakit selama beberapa lama. Ia wafat pada 11 Januari 1941.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Kisah Pengorbanan Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Kisah Pengorbanan, Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Lukisan Menakjubkan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Lukisan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang